Beban Ekspor Sawit Harus Dikurangi Agar Harga TBS Tetap Bisa Stabil

Beban Ekspor Sawit Harus Dikurangi Agar Harga TBS Tetap Bisa Stabil--
RMONLINE.ID - Perang dagang antar negara semakin nyata, setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menerapkan tarif impor yang lebih tinggi bagi berbagai negara. Termasuk tarif untuk Indonesia sebesar 32%.
Kondisi ini dikhawatirkan akan menekan harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit dari perkebunan petani Indonesia.
Untuk itu sejumlah pihak atau organisasi yang fokus dengan sawit meminta pemerintah menurunkan beban ekspor CPO ke luar negeri.
Seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengusulkan relaksasi beban ekspor untuk produk minyak sawit yang akan dikirim ke Amerika Serikat untuk menjaga pangsa pasar. Saat ini, Indonesia mendominasi 89% pangsa pasar sawit di Amerika Serikat.
BACA JUGA:Nama Pejabat Yang Akan Dimutasi Sudah di Kantongi Bupati
BACA JUGA:Mukomuko Ajukan Permohonan Mutasi Pejabat ke Kemendagri
Dilansir dari Ketua Umum GAPKI Eddy Martono mengatakan bahwa pangsa pasar sawit Indonesia di Amerika Serikat mencapai 89 persen.
"Iya kemarin rapat dengan Menko, Mendag, Wamenlu, Wamen Perindustrian dan Wamenkeu, kami sampaikan ekspor Indonesia 5 tahun terakhir meningkat ke AS. Jadi sebelum 2022 di bawah satu juta. 2020 udah 1,5 juta, di 2023 udah tembus 2,5 juta, turun sedikit 2,2 juta di 2024. Tapi potensi ini masih meningkat lagi,” ujar Eddy menceritakan usulan GAPKI dalam rapat yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI.
Eddy berharap dengan adanya tarif progresif Presiden Trump itu, beban ekspor sawit Indonesia bisa dikurangi.
BACA JUGA:Presiden Ingin Pupuk Subsidi dari Pabrik Langsung ke Petani, Ada Yang Protes
BACA JUGA:11 Penyebab Harga TBS Sawit Turun dan Naik, Salah Satunya Kondisi Jalan
Sebab, kata dia, saat ini ada tiga sumber beban ekspor mulai dari Domestic Market Obligation (DMO), Pungutan Ekspor (PE) dan Bea Keluar (BK) yang totalnya mencapai USD221 per metrik ton sawit.
Jika tidak dipotong, Eddy khawatir pangsa pasar sawit Indonesia bisa diserobot negara tetangga yang sama-sama penghasil minyak sawit.
"Malaysia saja hanya USD140 dolar per meterik ton beban ekspornya. Malaysia 24 persen dan kita 32 persen. Jadi mau tidak mau kita potong beban ekspornya. Makanya saya ini sampaikan, dan pemerintah akan melihat bagaimana akan melakukan special treatment untuk ekspor ke Amerika, nantinya," ujar Eddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: