Orang Pribumi Batalyon Anjing NICA, Perangi Rakyat Sendiri Lebih Kejam dari Belanda

Orang Pribumi Batalyon Anjing NICA, Perangi Rakyat Sendiri Lebih Kejam dari Belanda

Orang Pribumi Batalyon Anjing NICA, Perangi Rakyat Sendiri Lebih Kejam dari Belanda--

BACA JUGA:'Londo Ireng' Sebutan Untuk Penghianat Bangsa dan Tentara Afrika Yang Dibawa Belanda

BACA JUGA:Tugas Babu Era Penjajahan Belanda di Indonesia, Sumur, Dapur, Kasur hingga Babak Belur

Pada masa Agresi Militer II, batalyon ini bergerak dari Gombong ke Purworejo, dan kemudian ke Magelang. Saat Perjanjian Roem-Roijen tidak dapat dipertahankan lagi, maka Batalyon Andjing NICA ditugaskan untuk mengamankan jalur evakuasi Salam, Muntilan, Pabelan, dan Blondo. 

Batalyon ini kemudian ditugaskan ke di Banjarmasin hingga saat pembubarannya, yaitu sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar di mana sebagian anggota batalyon bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), sebagian memilih demisioner, dan sebagian lagi bergabung dengan Tentara Kerajaan Belanda.

Dalam sejarahnya, Pasca proklamasi, Jakarta menjadi salah satu wilayah yang tak aman di Indonesia. Hampir setiap hari terjadi aksi adu nyawa antara para pejuang Indonesia dengan anggota KNIL yang dibantu pasukan Sekutu.

"Anjing NICA" yang notabenenya sebagian besar orang asli Indonesia ini terkenal kejam, hampir setiap hari terlibat adu nyawa dengan pasukan dan rakyat Indonesia.

Jika berhasil menangkap para pejuang Indonesia, para prajurit Batalyon X Anjing Belanda ini tak segan melakukan penyiksaan di luar nalar kemanusiaan. 

Seperti memaksa tawanan mereka untuk menelan lencana merah putih yang terbuat dari kaleng almunium. Bagi prajurit Batalyon X, pribumi yang baik adalah inlander yang sudah mati.

Kebrutalan Batalyon X menuai kebencian mendalam dari orang-orang Indonesia. Begitu bencinya hingga mereka menjuluki para bekas kaum internir Jepang tersebut sebagai 'andjing' NICA.

Batalyon X Andjing NICA kemudian dimasukan ke Brigade V Divisi B. Kendati masih menggunakan nama 'Andjing NICA', namun nomor batalyon berubah, dari X menjadi V. 

Sebagai komandan batalyon ditunjuk seorang perwira KNIL eks penghuni kamp internir. Namanya Letnan Kolonel Adrianus van Zanten.

BACA JUGA:5 Bentuk Kekejaman Belanda Pada Masyarakat Indonesia, Tanam Paksa, Kerja Rodi Hingga Pelecehan

BACA JUGA:Jugun Lanfu, Wanita Pribumi, Korea Hingga Perempuan Belanda Menjadi Pelampiasan Tentara Jepang

Pada Juli 1946, Batalyon Andjing NICA dikirim ke wilayah barat Jawa yang tengah memanas. Begitu tiba di Bandung, mereka langsung berinsiatif untuk menghancurkan mental para pejuang Republik dengan membantai tanpa ampun puluhan pejuang dari laskar Hizbullah yang sebagian besar hanya bersenjatakan pistol, golok, bambu runcing dan klewang.

Namun ketika merangsek ke Bandung timur, Batalyon Andjing NICA harus menemui sandungan. Mereka harus berhadapan dengan lawan yang sepadan, yakni Batalyon Pelopor.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: