Orang Pribumi Batalyon Anjing NICA, Perangi Rakyat Sendiri Lebih Kejam dari Belanda

Orang Pribumi Batalyon Anjing NICA, Perangi Rakyat Sendiri Lebih Kejam dari Belanda

Orang Pribumi Batalyon Anjing NICA, Perangi Rakyat Sendiri Lebih Kejam dari Belanda--

RADARMUKOMUKO.COM - Sulitnya perjuangan untuk memerdekakan bangsa Indonesia, karena ada banyak orang-orang pribumi yang berhianat dengan perpihak pada penjajah, demi kesenangan sendiri, jabatan dan kekayaan. 

Belanda tentu sangat butuh tambahan tenaga, maka mereka merekrut putra bangsa untuk menjadi pasukannya guna melawan rakyat Indonesia sendiri, terutama bekas tawanan perang.

Yang paling terkenal adalah Batalyon Infanteri V atau terkenal dengan sebutan Batalyon Andjing NICA, merupakan sebuah batalyon dari Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang beroperasi antara tahun 1945-1950, di bawah komando Administrasi Sipil Hindia Belanda (NICA), terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah. 

Melansir dari berbagai sumber, Batalyon ini dibentuk di Bandung pada tanggal 2 Desember 1945, dalam masa Bersiap, yaitu masa konflik dan kekacauan sosial sejak takluknya Jepang kepada Sekutu. 

Batalyon ini terdiri dari bekas tawanan perang dan interniran orang Belanda dan Indo, serta orang pribumi yang mendaftar, terutama Ambon, Manado, Timor, Jawa, dan Sunda.

BACA JUGA:Kisah Oey Tamba Sia Playboy Kaya Jakarta, Suka Goda Anak Bini Orang, Berakhir di Tiang Gantungan

BACA JUGA:Walau Diklaim Hanya Mitos, Pernyataan Indonesia Dijajah Belanda 350 Tahun Diucapkan Soekarno

Komandan batalyon pertama ialah Kapten J.C. Pascua, dan batalyon ini awalnya dilatih di gedung bekas Akademi Militer Kerajaan (Koninklijke Militaire Academie) di Bandung, yang sebelumnya juga digunakan sebagai penjara (kamp) militer Allied Prisoners of War and Interness (APWI).

Julukan 'Andjing NICA' ialah karena mereka menggunakan lencana 'anjing menyalak' sebagai identitas batalyonnya, serta oleh pihak nasionalis Indonesia juga merupakan semacam hinaan bagi kaum pendukung pihak Belanda.

Pada awalnya batalyon ini melakukan patroli dan operasi 'pembersihan' di wilayah Cimahi. 

Setelah kedatangan tiga batalyon militer sukarelawan dari Belanda pada bulan April 1946, yaitu Batalyon 1-3 RI (de Watermannen), Batalyon 1-5 RI (de Krokodillen), dan Batalyon 1-9 RI (de Friezen), maka daerah operasi mereka pun diperluas sehingga mencakup Bandung utara dan selatan.

Batalyon Andjing NICA saat itu telah menjadi bagian dari Brigade V, yang bertanggung jawab menjaga Bandung dari berbagai aktivitas 'para teroris'.

Pada masa Agresi Militer I, antara 21 Juli s.d. 4 Agustus 1947, batalyon ini termasuk dalam operasi yang dimulai dari Bandung, kemudian ke Palintang, Tanjungsari, Cirebon, Tegal, Purwokerto, dan Gombong. Pada kwartal keempat tahun 1947, batalyon ini diterjunkan di Pangandaran, serta melakukan juga operasi ke Karanganyar. 

Pada masa gencatan senjata setelah Agresi Militer I, batalyon ini melakukan operasi 'pembersihan' di Kroya dan Ajibarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: