Mengenal Suku Nias Sumatera Utara, Keturunan dari Penguasa Langit
Mengenal Suku Nias Sumatera Utara, Keturunan dari Penguasa Langit-Dokj-
Golongan sawuyu dibagi pula menjadi tiga, yaitu binu (budak karena kalah perang, biasanya dikorbankan untuk upacara), sondrara hare (menjadi budak karena tidak bisa membayar hutang) dan holito (menjadi budak setelah ditebus dari hukuman mati).
BACA JUGA:5 Teori Asal Usul Suku Jawa, Masyarakat Peradaban Paling Maju
BACA JUGA:12 Suku Minang di Negeri Sembilan dan Sejarahnya
Pengaruh pengelompokan sosial di atas masih terasa sampai sekarang, karena golongan siulu misalnya tidak boleh kawin dengan sato. Sementara itu golongan sawuyu sekarang tidak ada lagi.
Juga cerita cukup pemiliar dari Nias, Hoho (tradisi lisan yang berbentuk syair dan dinyanyikan) yang ada dan berkembang di Pulau Nias menceritakan bahwa manusia pertama yang tinggal di Pulau Nias adalah sowanua atau juga disebut ono mbela.
Ono mbela adalah keturunan dari penguasa langit yang turun ke bumi dengan menggunakan liana lagara, jenis tumbuhan yang merambat di pohon. Konon, sebagian dari mereka ada yang bisa mencapai tanah dan sebagian lagi tersangkut di atas pohon.
Yang memilih tinggal di pohon disebut sebagai sowanua/ono mbela(manusia pohon). Para Ono mbela ini dikenal memiliki rambut dan kulit yang berwarna putih, memiliki paras cantik, dan bermata biru. Mereka yang jatuh ke tanah, menurut hoho, mereka menyelamatkan diri tinggal di gua-gua.
Mereka kemudian tidak lagi disebut dengan ono mbela, tetapi dipanggil nadaoya yang berarti manusia yang tinggal di gua. Secara fisik pun mereka berbeda, nadaoya dikenal memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan memiliki kulit yang sedikit gelap.
BACA JUGA:Suku Pesisir Sumatera Utara, Membedakan dengan Suku Batak
BACA JUGA:Mandailing Mengaku Bukan Suku Batak dari 8 Suku Asli Sumatra Utara Berikut Alasannya
Sigaru Tora’a(pohon hayat/kehidupan) yang terletak di Teteholi ana’a. Sama halnya seperti versi pertama, mitologi orang Nias ini terdapat pula dalam hoho yang mencertiakan bahwa alam semesta dan segala isinya berasal dari beberapa warna udara yang di aduk Lowalangi.
Lowalangi pada awalnya menciptakan Sigaru Tora’a yang buahnya dierami seekor laba-laba emas. Dari buah itu kemudian lahir sepasang dewa; Tuhamora’aangi Tuhamoraana’a (laki-laki) dan BurutiroangiBurutiraoana’a (perempuan). Dari semua putranya, justru yang paling bungsu, Luo Mewona, yang dapat mencabutnya.
Saudara-saudaranya yang kalah dalam sayembara kemudian diasingkan dari Teteholi ana’a ke bumi, tepatnya di pulau Nias. Dari sembilan putra Sirao yang diasingkan ke Bumi (Pulau Nias) hanya lima orang yang sampai di pulau Nias dan akhirnya menjadi leluhur orang Nias.
BACA JUGA:6 Suku Terkenal Unik, Disebut Manusia Pohon Hingga Keturunan Dewa
Lainnya mengalami “sedikit masalah” ketika sampai ke bumi. Ada yang jatuh menembus bumi dan menjelma menjadi naga penopang bumi bernama Da’oZanaya Tano Sisagoro. Ada yang jatuh ke dalam air dan menjadi hantu sungai yang disebut hadroli. Ada yang tersangkut pohon dan menjelma menjadi hantu hutan yang sering disebut Bela.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: