Kisah Perlawanan Suku Nias Saonigeho, Belanda Putus Asa Karena Selalu Gagal dan Dikalahkan

Kisah Perlawanan Suku Nias Saonigeho, Belanda Putus Asa Karena Selalu Gagal dan Dikalahkan

Kisah Perlawanan Suku Nias Saonigeho, Belanda Putus Asa Karena Selalu Gagal dan Dikalahkan--

RADARMUKOMUKO.COM - Suku Nias adalah salah satu suku yang berasal dari Sumatera Utara dan terkenal dengan budaya dan kemampuan bertarungnya. 

Suku ini memiliki sejarah perjuangan yang heroik melawan penjajah Belanda pada abad ke-19 hingga ke-20.

Kisah Salah satu tokoh yang paling terkenal dari suku ini adalah Saönigeho, seorang pemimpin perang yang berhasil memimpin rakyat Nias dalam banyak pertempuran melawan Belanda.

Belanda mulai tertarik dengan Nias sejak abad ke-17 karena kekayaan alam dan budaknya. 

Belanda ingin memonopoli perdagangan di Nias dan menguasai wilayahnya.

Namun, upaya Belanda untuk menjajah Nias tidak mudah karena rintangan geografis dan perlawanan sengit dari masyarakat Nias.

Belanda harus menghadapi medan yang berat, seperti pegunungan, hutan, sungai, dan laut. 

BACA JUGA:Kisah Jenderal Timur Pane 'Naga Bonar' Komandan Penggempur Raja Terbang Melawan Penjajah

BACA JUGA:Sejarah Pohon Kina Dibawa Penjajah Ke Indonesia Ampuh Obati Malaria Hingga Kanker

Belanda juga harus menghadapi pasukan Nias yang tangguh, berani, dan terampil dalam bertempur¹.

Belanda mencoba beberapa kali untuk menaklukkan Nias, namun selalu gagal. Pada tahun 1693 dan 1756, Belanda mengirimkan ekspedisi militer ke Nias, namun keduanya mengalami kekalahan besar.

Pada tahun 1840, Belanda berhasil mendirikan pos di Gunungsitoli dengan memanfaatkan kekosongan Inggris di sana. Namun, pos tersebut hanya menguasai wilayah sekitar Gunungsitoli saja, sedangkan wilayah lain di Nias masih bebas dari pengaruh Belanda.

Salah satu wilayah di Nias yang paling sulit ditaklukkan oleh Belanda adalah Nias Selatan. Di sana, ada seorang pemimpin perang yang bernama Saönigeho, yang berasal dari desa Orahili Fau. 

Saönigeho lahir pada tahun 1860 dan sejak kecil sudah terbiasa dengan tradisi lompat batu dan tari perang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: