Mandailing Mengaku Bukan Suku Batak dari 8 Suku Asli Sumatra Utara Berikut Alasannya
Mandailing Mengaku Bukan Suku Batak dari 8 Suku Asli Sumatra Utara Berikut Alasannya-Dok-Berbagai sumber
RADARMUKOMUKO.COM – Indonesia terdiri dari bribu- ribu suku bangsa Sama halnya dengan daerah lainnya, Sumatera Utara (Sumut) masyarakatnya memiliki suku asli. Bahkan suku asli Sumatera utara cukup banyak, yaitu mencapai 8 suku.
Salah satu suku yang dikenal di Sumatera Utara adalah Suku Batak, namun ternyata ada suku di Sumatera Utara menolak disebut atau disamakan dengan Suku Batak dengan beralasan berdiri sendiri.
Itu mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Mandailing Bukan Batak" yang diselenggarakan Yayasan Madina Centre di Hotel Madani, Medan, Senin.
Sebagian etnis Mandailing yang mengikuti diskusi tersebut juga menolak secara tegas disebut atau bagian dari Batak.
BACA JUGA:5 Suku di Pulau Jawa dan Asal Usul Suku Jawa
Peneliti Pussis Universitas Negeri Medan (UNIMED) Erron Damanik mengungkapkan, etnis Mandailing telah menolak disebut Batak sejak tahun 1922.
Sikap itu diikuti etnis Karo yang menolak disebut Batak sejak 1952, Simalungun sejak 1963, dan Pakpak menolak sejak 1964. Hanya etnis Toba dan Angkola saja yang tetap menerima disebut Batak.
Mengutip pendapat sejarawan Vinner (1980), perbedaan mendasar dari kelompok etnik itu adalah yang memiliki perbedaan bahasa yang mencolok.
Tidak ada yang disebut Batak, yang ada adalah Mandailing, Toba, Pakpak, Karo, Simalungun dan Angkola. Batak adalah ahistoris," katanya.
BACA JUGA:15 Suku Sumatera Barat, Malaysia dan 4 Provinsi Ini Masuk Kerajaan Minangkabau
Antropolog dari Unimed Prof Usman Pelly mengatakan, tidak ada satu pun kata Batak yang bisa ditemukan dalam khasanah atau pun manuskrip kuno baik dari khasanah Toba, Angkola, Karo, Pakpak, Simalungun apalagi Mandailing.
Ia mencontohkann stempel Raja Sisingamangaraja XII hanya tertulis sebagau Si Raja Toba, namun tidak ada meyebutkan diri sebagai Raja Batak.
Namun ia menegaskan, pendapatnya itu adalah hasil penelitian akademis, bukan pendapat untuk memecah belah persatuan, apalagi pendapat dalam konteks kepentingan politik elektoral.
Sementara itu, sejarawan asal Sumut Dr Ichwan Azhari menyatakan, berdasarkan banyak literatur, istilah Batak digunakan para peneliti asing untuk menunjukkan lokasi geografis masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: