Sejarah Pulau Rempang Yang Sudah ada Sejak Era Penjajahan, Kontroversi Pembangunan Eco City

Sejarah Pulau Rempang Yang Sudah ada Sejak Era Penjajahan, Kontroversi Pembangunan Eco City

Pulau rempang Batam yang sedang viral, rencana eco city-dokumen,net-istimewa radar mukomuko

 

RADARMUKOMUKO.COM - Seperti diketahui, belakangan ini tengah ramai terkait dengan pulau rempang di Batam. Dimana dikawasan ini akan dibangun Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam yang dikenal sebagai Rempang Eco City.

Di tangan PT Makmur Elok Graha (MEG) yang berinvestasi sebesar Rp 381 triliun, wajah Pulau Rempang akan diubah menjadi kawasan investasi terpadu di atas lahan seluas 17 ribu hektare.

Rencana ini penuh kontrobersi dan mendapat penolakan dari masyarakat setempat yang tak ingin digusur dari tanah dan rumah mereka sendiri. Karena bagi warga Rempang yang mayoritas suku melayu, pulau ini adalah tanah tempat tinggal mereka sejak dulu kala, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Terkait dengan Pulau Rempang, pulai ini memiliki luas kurang-lebih 165 km², posisinya masuk dalam wilayah pemerintahan kota Batam, provinsi Kepulauan Riau yang merupakan rangkaian pulau besar kedua yang dihubungkan oleh enam buah jembatan Barelang. 

BACA JUGA:7 Pemberontakan Yang Dihadapi Indonesia Setelah Merdeka, Saling Serang Sesama Anak Bangsa Hingga Banyak Korban

BACA JUGA:Daftar Bank Penyalur Rumah Subsidi Harga Rp 162 Juta Program Pemerintah, Syarat dan Ketentuannya

Pulau ini berjarak sekitar 3 km di sebelah tenggara pulau Batam dan terhubung oleh jembatan Barelang ke-5 dengan pulau Galang di bagian selatan. 

Pulau Rempang banyak dikembangkan untuk wilayah pertanian dan perikanan Sembulang, selain juga mempunyai beberapa buah pantai yang bagus. 

Terkait dengan sejarah Pulau Rempang tidak dapat dipisahkan dari penaklukan yang dilakukan oleh Belanda terhadap Kerajaan Melayu Riau tahun 1784.

Malansir dari riauonline.co.id yang dilansir dari Batamnews, pulau ini sejak dulu menjadi tempat tinggal bagi orang darat yang diyakini sebagai penduduk asli Kota Batam.

BACA JUGA:Kisah Nyai Balau, Wanita Sakti dari Suku Dayak Yang Dikenal Sopan dan Baik Hati

BACA JUGA:Kisah Alexander Hare, Petualang Yang Gemar Koleksi Budak Wanita, Hingga 200 Gadis Dijadikan Gundik

Pada 1930, seorang pejabat Belanda bernama P. Wink mengunjungi Orang Darat di Pulau Rempang. Ia mencatat bahwa mereka merupakan suku asli yang hidup tanpa dinding, hanya beratap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: