Hubungan Rusia dan Indonesia Sejak Kolonialisme, Dukung Kemerdekaan RI Hingga Rebut Irian Barat

Hubungan Rusia dan Indonesia Sejak Kolonialisme, Dukung Kemerdekaan RI Hingga Rebut Irian Barat

Hubungan Rusia dan Indonesia Sejak Kolonialisme, Dukung Kemerdekaan RI Hingga Rebut Irian Barat--

Pada periode 1945-1947, Andrew Gromyko, wakil Soviet di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah mempelopori sebuah gerakan yang mengecam rencana Kerajaan Belanda yang hendak menguasai kembali Indonesia. Negara komunis sudah seharusnya melawan penindasan ala imperialisme Belanda.

Uni Soviet yang diinduki Rusia pada 1948 secara de facto mengakui kemerdekaan Republik Indonesia. Pada 1950, Uni Soviet membuka hubungan diplomasi dengan Indonesia dan sebagai negara berpengaruh di PBB, Uni Soviet mendukung Indonesia masuk sebagai anggota PBB.

Setelah Belanda enggan menyerahkan Papua, Republik Indonesia bertindak sangat keras. Perusahaan-perusahaan Belanda banyak diambilalih dan kemudian angkatan perang RI diperkuat lagi. Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) pembebasan Irian Barat didengungkan.

BACA JUGA:Sejarah Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus

Setelah Amerika yang Blok Barat tak bisa diharapkan dalam mendapatkan persenjataan canggih untuk menghadapi Belanda di Papua, maka setelah Januari 1961 Blok Timur adalah tempat berpaling yang melegakan Indonesia di awal era 1960-an itu.

Uni Soviet dan kolega Blok Timur lebih bisa diharapkan untuk mendapatkan senjata canggih daripada Amerika.

Bung Karno mengutus Menteri Luar Negeri RI dr Subandrio dan Jenderal Abdul Haris Nasution ke Moscow dalam rangka pembelian senjata yang harganya mencapai US$ 250 juta. 

Sejak awal era 1960-an,  Uni Soviet memberi bantuan militer kepada Indonesia senilai $600 juta dalam bentuk kapal penjelajah, destroyer, kapal selam, tank amfibi, dan pesawat tempur MiG. Bantuan militer itu membuat armada udara dan laut Ri menjadi kuat. 

BACA JUGA:Peran Penting Pers atau Wartawan Dalam Kemerdekaan Bangsa, Menumbuhkan Semangat Perjuangan

Hingga dikatakan Angkatan Laut Indonesia dulu adalah yang terkuat kedua setelah Republik Rakyat Cina (RRC) di kawasan Asia.

Bernard Kent Sondakh dan kawan-kawan dalam Laksamana Kent Menjaga Laut Indonesia (2014:38), Indonesia memiliki 12 fregat, 12 kapal selam, 22 kapal cepat bertorpedo dan berpeluru kendali, 4 kapal penyapu ranjau, dan KRI Irian. 

KRI Irian adalah kapal raksasa kelas Sverdlov berbobot 16.640 ton yang dilengkapi 12 meriam besar kaliber 6 inci.

Di jajaran armada udara Ri kala itu memiliki 20 Pesawat Pemburu Supersonic MiG-21, 30 Pesawat MiG 15, 49 pesawat MiG 17, 10 Pesawat Supersonic MiG-19, juga 26 pesawat pembom jarak jauh Tu-16 Tupolev. Total bantuan Soviet setidaknya mencapai US$ 2,5 miliar.

Perang Indonesia Belanda tak meletus di Papua. Peralatan bantuan Rusia itu tak dipakai untuk melawan Belanda akhirnya. 

Namun, setelah Belanda angkat kaki dari Papua, Indonesia menjadi negara yang ditakuti di Asia Tenggara. KRI Irian baru hilang dari peredaran sekitar 1970-an, setelah RI tak dekat lagi dengan Rusia.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: