Selain Menjajah, Jepang Berupaya Agar Warga Indonesia Sembah Matahari

Selain Menjajah, Jepang Berupaya Agar Warga Indonesia Sembah Matahari

Selain Menjajah, Jepang Berupaya Agar Warga Indonesia Sembah Matahari-Ilustrasi-Berbagai Sumber

RMONLINE.ID - Selain menjajah Indonesia, Jepang juga sempat berupaya menyebarkan kepercayaan dengan memaksa masyarakat Indonesia menjadi pengikut agama Sinto dengan menyembah mata hari atau Seikerei.

Seikerei merupakan penghormatan kepada Dewa Matahari dengan membungkukkan badan mengarah pada matahari terbit.

Perintah merungkuk pada matahari tersebut mendapat perlawanan dari salah seorang ulama yang juga pejuang yaitu, KH. Zaenal Mustofa, perlawanan ini dikenal dengan "Pertempuran Sukamanah Berdarah".

Diceritakan Kiai Zaenal Mustofa, memilih melakukan perlawanan ketimbang ikut perintah merunduk memberi hormat ke arah timur atau arah matahari terbit sebagai  hormat kepada Kaisar Jepang.

BACA JUGA:Perlawanan Berani dan Gigih Masyarakat Bengkulu Melawan Penjajah Inggris

BACA JUGA:6 Pendekar Wanita Indonesia Yang Dikenal Tangguh Lawan Penjajah di Medan Perang

Alasannya jelas, merunduk memberikan hormat kepada Kaisar Jepang tersebut, bertentangan dengan keyakinan imannya sebagai seorang muslim. 

Perlawanan terhadap Seikeirei terang-terangan dilakukan Zaenal Mustofa di muka para tentara dan petinggi Jepang, yaitu saat para alim ulama Singaparna, dikumpulkan Jepang di alun-alun dan paksa melakukan Seikerei, dengan todongan senjata.

Dia mengatakan kepada Kiai Rukhiyat, bahwa melakukan Seikeirei adalah tidakan musyrik yang tidak perlu diikuti dan ditakuti, sebab Zaenal Mustifa berprinsip lebih baik mati ketimbang menuruti perintah Jepang. 

Zaenal Mustafa merencanakan akan mengadakan perlawanan terhadap Jepang, pada tanggal 25 Pebruari 1944. Dia akan menculik para pembesar Jepang di Tasikmalaya, kemudian melakukan sabotase, memutuskan kawat-kawat telepon sehingga militer Jepang tidak dapat berkomunikasi, dan terakhir membebaskan tahanan-tahanan politik.

Untuk melaksanakan rencana ia meminta para santrinya mempersiapkan persenjataan berupa bambu runcing dan golok dari bambu, serta berlatih pencak silat.

Sebelumnya, ia juga memberikan latihan spiritual seperti mengurangi makan, tidur, dan membaca wirid-wirid untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. 

Persiapan para santri ini tercium Jepang hingga dikirim Camat Singaparna disertai 11 orang staf dan dikawal oleh beberapa anggota polisi untuk melakukan penangkapan.

BACA JUGA:Jadi Kue Favorit saat Lebaran, Ini Sejarah Kue Nastar yang Ternyata Sudah Ada pada Masa Penjajahan Belanda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: