Sederet Guru Presiden Soekarno Hingga Membuatnya Punya Banyak Kelebihan

Sederet Guru Presiden Soekarno Hingga Membuatnya Punya Banyak Kelebihan

Sederet Guru Presiden Soekarno Hingga Membuatnya Punya Banyak Kelebihan-Ilustrasi-radarmukomuko.com

Ia menukas normatif, yang kurang lebih mengatakan bahwa mati-hidup adalah kehendak Tuhan. Manusia mencoba membunuh, kalau Tuhan belum berkehendak Ia mati, maka Ia belum akan mati.

BACA JUGA:Sinopsis Serial SOUL LAND, Kisah Perjuangan Tang San Di Dunia Roh

BACA JUGA:Smart Glasses: Kacamata Pintar yang Bisa Menerjemahkan Bahasa Asing Secara Langsung

Namun Soekarno membeberkan bagaimana cara membunuhnya. Menurutnya rakyatlah yang membuatnya tetap hidup, sehingga untuk membunuhnya cukup menjauhkannya dari rakyatnya. 

“Semua yang kucapai selama di dunia, ini adalah karena rakyatku tanpa rakyat aku tak bisa apa-apa. Jadi tidak perlu senapan, bom apalagi pesawat tempur hanya untuk membunuh seorang Bung Karno, jauhkan saja aku dari rakyatku, maka aku akan mati perlahan-lahan,”. 

Ayah dari Megawati Soekarno Putri ini selalu lolos meski dihujani geranat bahkan bom pesawat tempur. Percobaan pembunuhan pernah terjadi pada  30 November 1957.

Presiden Soekarno datang ke Perguruan Cikini (Percik), tempat bersekolah putra-putrinya, dalam rangka perayaan ulang tahun ke-15 Percik. 

Granat tiba-tiba meledak di tengah pesta penyambutan presiden. Sembilan orang tewas, 100 orang terluka, termasuk pengawal presiden. 

Soekarno sendiri beserta putra-putrinya selamat. Tiga orang ditangkap akibat kejadian tersebut. Mereka perantauan dari Bima yang dituduh sebagai antek teror gerakan DI/TII.

Percobaan pembunuhan kedua terjadi pada 9 Maret 1960. Tepat siang bolong Istana presiden dihentakkan oleh ledakan yang berasal dari tembakan kanon 23 mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel Maukar. 

Maukar adalah Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta. Kanon yang dijatuhkan Maukar menghantam pilar dan salah satunya jatuh tak jauh dari meja kerja Soekarno. 

Untunglah Soekarno tak ada di situ. Soekarno tengah memimpin rapat di gedung sebelah Istana Presiden. 

Pada April 1960. Perdana Menteri Uni Soviet saat itu, Nikita Kruschev mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Dia menyempatkan diri mengunjungi Bandung, Yogya dan Bali. 

Presiden Soekarno menyertainya dalam perjalanan ke Jawa Barat. Tatkala, sampai di Jembatan Rajamandala, ternyata sekelompok anggota DI/TII melakukan penghadangan. Beruntung pasukan pengawal presiden sigap meloloskan kedua pemimpin dunia tersebut.

BACA JUGA:7 Tas Ajaib yang Mengubah Cara Kita Menyimpan Barang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: