Belanda Pernah Melarang Pelacuran, Banyak Serdadu Terserang Penyakit K3lamin

Belanda Pernah Melarang Pelacuran, Banyak Serdadu Terserang Penyakit K3lamin

Belanda Pernah Melarang Pelacuran, Banyak Serdadu Terserang Penyakit K3lamin-Istimewa/Dok-Berbagai Sumber

RADARMUKOMUKO.COM - Seperti diketahui, pertama datang ke Indonesia, banyak tentara Belanda tidak membawa istrinya ke Indonesia, karena tingginya resiko keselamatan dan juga ancaman hidup di wilayah jajahan sangat besar.

Selain itu juga tidak semua tentara Belanda memiliki cukup uang untuk membawa keluarganya datang ke Indonesia. Belum lagi banyak tentara yang dibawa Belanda berasal dari negara lain atau tentara bayaran.

Kondisi ini juga berdampak pada pasukan yang membutuhkan teman wanita atau istri, untuk memenuhi kebutuhan biologis orang Belanda, pelacuran menjamur. Aksi ‘sajan’ sembarang dilakukan setiap waktu, hingga akhirnya penyakit kelamin menyerang tentara Belanda. 

Ketakutan orang belanda akan penyakit kelamin luar biasa, hingga akhirnya ada istilah pelihara gundik atau 'Nyai'. Dimana perempuan pribumi dipelihara untuk pemuas birahi tanpa ikatan pernikahan.

BACA JUGA:Demi Keamanan dan Perjuangan, Soekarno Pernah Ketahuan Belanda Berada di Tempat Pelacuran

BACA JUGA:Kisah Sukses Pasukan Khusus Pelacur dan Copet Hadapi Belanda, Endingnya Senjata Makan Tuan, Soekarno Ngakak

Melansir dari voi.id, pemerintah kolonial di era Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen sempat membuat larangan pelacuran. Coen dikenal sebagai penganut Calvinisme fanatik mulai bersiasat menghentikan praktik perzinahan, pergundikan, dan pelacuran. Namun larangan yang diterapkan tidak banyak membantu, porstitusi tetap berkembang.

Pada catatan Sejarawan Belanda, Leonard Blusse, ia menulis tujuh tahun setelah Batavia berdiri –tepatnya pada 1625— rumah-rumah bordil tumbuh subur. Penyebabnya tak lain karena Kota Batavia telah menjadi tempat "rendezvous" (kencan) pelaut-pelaut mancanegara.

“Sehingga rumah-rumah pelacuran tumbuh subur di Batavia yang terletak di depan benteng di kawasan Pasar Ikan,” ungkap Leonard Blusse dalam buku Persekutuan Aneh: Pemukim Cina, Wanita Peranakan dan Belanda di Batavia VOC (1988).

Upaya Coen melarang pelacuran belum membuahkan hasil, namun usaha  mengurangi bisnis prostitusi tetap dilakukan  di masa pemerintahan-pemerintahan Gurbernur Jenderal yang lain. 

BACA JUGA:Letnan Komarudin Salah Tanggal Serangan Umum 1 Maret, Tapi Sukses Membuat Belanda Lengah

BACA JUGA:Meneer Belanda Turis Pertama Kali Datang ke Bali, Padahal Awalnya Tidak Pernah Promosi Wisata, Karena Ini

Untuk itu, pada 1642 keluarkan peraturan yang melarang setiap keluarga pemeluk Kristen memperkerjakan perempuan pribumi sebagai pembantu rumah tangga dan melarang setiap orang mengundang perempuan baik-baik untuk berzina. 

Setelah diterapkan peraturan itu, banyak orang Eropa maupun Asia dihukum oleh pengadilan karena melanggengkan prostitusi dan perzinahan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: