Perang Pasukan Jihad Aceh Tak Kenal Menyerah, Belanda Butuh 300 Tahun Kuasai Negeri Rencong

Perang Pasukan Jihad Aceh Tak Kenal Menyerah, Belanda Butuh 300 Tahun Kuasai Negeri Rencong

Perang Pasukan Jihad Aceh Tak Kenal Menyerah, Belanda Butuh 300 Tahun Kuasai Negeri Rencong--

RADARMUKOMUKO.COM - Seperti diketahui, Aceh adalah provinsi terakhir yang bisa dikuasai Belanda, yaitu sekitar tahun 1909. Hingga Aceh hanya secara utuh menjadi daerah jajahan Belanda sekitar 30-an tahun, sementara dalam sejarahnya Indonesia di jajah mencapai 350 tahun.

Perang aceh sangat panjang, dimana dalam sejarahnya mulai 1873 Belanda berusaha menguasai Aceh, hingga perang demi perang terjadi, sampai akhirnya 1910. Perang ini antara Kesultanan Aceh melawan penjajah Belanda

Mengutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII, awalnya Belanda melakukan perjanjian damai dengan Aceh. 

Namun, pemerintah kolonial menyadari Aceh menjadi wilayah penting untuk jalur perdagangan. Akhirnya Aceh melanggar perjanjian kemudian memulai penyerangan. 

Belanda membawa pasukan perang sampai 3.000 orang dan mendatangan kapal-kapal perang. Perang dipimpin oleh Mayor Jenderal Kohler pemimpin pasukan. 

BACA JUGA:Sejarah Jual Beli Budak, Asal Bali Lebih Diminati Pedagang Tionghoa dan Belanda Karena Kuat dan Cantik

BACA JUGA:Kisah Pekerja Pabrik Gula Jatiwangi dam Lagunya, Saksi Bisu Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Serangan pertama dimulai di ibu kota Aceh, Masjid Baiturrahman. Perang melawan pasukan Belanda ini berlangsung selama dua minggu. 

Sampai akhirnya Belanda berhasil menduduki istana. Namun, perjuangan Belanda menaklukkan istana sia-sia karena Sultan Aceh dan keluarganya berhasil melarikan diri. 

Sultan pergi ke daerah Lueng Bata di Aceh. Advertisement Mengutip dari buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) perang Aceh terus terjadi hingga tahun 1912. 

Pahlawan wanita Cut Nyak Dien berjuang dalam perang Aceh, sampai akhirnya menyerah di tahun 1905. Kemudian perlawanan dilakukan oleh pejuang wanita lain yaitu Tjut Nyak Meutia. 

Namun, Tjut Nyak Meutia gugur dalam perang di tahun 1910. Perang Aceh terus terjadi di tahun 1912 meski banyak pemimpin yang gugur di medan perang. 

Perang Aceh berakhir setelah Belanda memakai strategi devide et impera. Strategi devide et impera atau politik adu domba. Strategi ini digunakan untuk memecah kedua belah pihak.

Hal menarik yang membuat Penjajah kewalahan melawan Aceh, karena perang ini menimbulkan ketegangan dalam masyarakat Aceh. Hingga kampanye perang ini dengan melawan musuh yang merusak sendi-sendi agama Islam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: