Menolak Hidup Ditindas Belanda, Suku Ini Lari ke Hutan Abad ke-17 dan Hingga Kini Hidup Berbeda
Menolak Hidup Ditindas Belanda, Suku Ini Lari ke Hutan Abad ke-17 dan Hingga Kini Hidup Berbeda--
BACA JUGA:Indonesia Dijajah Belanda 350 Tahun Ternyata Mitos, Begini Fakta dan Penjelasannya
Sistem perkawinan ini sudah berlangsung begitu lama sejak zaman kolonial Belanda.
Walau dianggap tidak biasa atau bahkan aneh, tetapi budaya itu masih ada sampai hari ini dan mungkin akan tetap, selama masih belum ada perubahan dalam pola pikir masyarakatnya.
Pernikahan tersebut bisa antara ibu dan anak laki-laki, bapak dan anak perempuan, maupun saudara laki-laki dan saudara perempuannya.
Dari hasil penelitian berbagai pihak, bahwa perkawinan sedarah bagi suku polahi bukan karena adat kebiasaan, akan tetapi pemahaman dan pengetahuan yang sangat kurang, bahkan nyaris tidak mengetahui apa-apa tentang pergaulan sesama kelompok, sehingga mereka melakukan perkawian sedarah di antara mereka.
Menurut ilmu kesehatan dan penelitian, kawin sedarah akan menghasilkan anak yang cacat. Anak hasil hubungan sedarah akan memiliki keragaman genetik yang sangat minim dari DNA-nya.
Kurangnya variasi dari DNA dapat meningkatkan peluang terjadinya penyakit genetik langka atau cacat.
Uniknya hasil perkawinan suku polai tidak ada yang cacat.
Mereka normal normal saja. Tidak seperti yang biasa ada di negara-negara lain. Kalau nikah sedarah pasti cacat kan, kalau di Polahi itu tidak ada.
Demikian cerita singkat tentang suku polahi, mudahan menambah pengetahuan terkait keragaman suku bangsa.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: