Westerling "Si Turki" Habisi Puluhan Ribu Nyawa Rakyat Indonesia Hingga Diburu, Dianggap Super Hero di Belanda

Westerling

Kapten Raymond Pierre Paul Westerling alias Kapten Westerling-Radar Mumuko-istimewa radar mukomuko

Tapi berulang kali pula permintaan pemerintah Indonesia ditanggapi dingin, baik oleh pemerintah Singapura maupun Belanda. 

Westerling mampu kabur ke Singapura dengan bantuan para anggota Pao An Tui (milisi Tionghoa pro-Belanda). 

Di Singapura, Westerling sempat ditangkap Polisi Inggris dan dibawa ke Pengadilan Tinggi Singapura. 

Di saat itu pertama kalinya Indonesia minta Westerling diekstradisi dari Singapura yang sayangnya tak digubris.

Pengadilan Tinggi Singapura pada 15 Agustus 1950 menyatakan, Westerling yang masih memegang kewarganegaraan Belanda, tak bisa diekstradisi ke Indonesia, melainkan mereka akan menyerahkannya ke pengadilan di Belanda.

Mendengar kabar itu, pemerintah Indonesia belum patah arang untuk minta pemerintah Belanda mengekstradisinya ke Indonesia, pada 12 Mei 63 tahun silam (1952). 

Sebuah permintaan kembali kandas dan tak dikabulkan Mahkamah Agung Belanda. Westerling sendiri diseret ke pengadilan, tapi justru dibebaskan sehari setelahnya. 

BACA JUGA:6 Suku Ini Punya Sudut Pandang Berbeda Soal Cantik, Modifikasi Anggota Tubuh, Hasilnya Malah Ngeri

BACA JUGA:9 Pahlawan Nasional Yang Tak Diketahui Makamnya, Hilang Secara Misterius

Terlepas dari rekam jejaknya sebagai penjagal di Sulawesi dan Bandung (Pembantaian APRA - Angkatan Perang Ratu Adil), Westerling dianggap pahlawan oleh sejumlah orang Belanda. 

Raymond Westerling lahir di Istanbul, Turki pada 31 Agustus 1919 dari ayah Belanda dan ibu Yunani. Ia memiliki julukan "si Turki" karena asal kelahirannya.

Westerling masuk dinas militer pada tahun 1941 di Kanada dan kemudian pindah ke Inggris.

Ia mendapat pelatihan khusus sebagai komando di Skotlandia dan menjadi instruktur untuk teknik perkelahian tangan kosong dan pembunuhan diam-diam.

Westerling juga menjalani pelatihan hutan di Ceylon dan menjadi agen rahasia untuk operasi di Belanda yang diduduki Nazi.

Pada tahun 1946, Westerling dikirim ke Indonesia sebagai komandan Depot Speciale Troepen (DST).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: