Peristiwa Mangkuk Merah, Pembunuhan dan Pengusiran Etnis Tionghoa Oleh ABRI Bersama Suku Dayak dan Penyebabnya

Peristiwa Mangkuk Merah, Pembunuhan dan Pengusiran Etnis Tionghoa Oleh ABRI Bersama Suku Dayak dan Penyebabnya

Peristiwa Mangkuk Merah, Pembunuhan dan Pengusiran Etnis Tionghoa Oleh ABRI Bersama Suku Dayak--

RADARMUKOMUKO.COM - Setiap peristiwa masa lampau adalah bagian dari sejarah bangsa yang patut dikenang hingga dapat diambil maka dan spirit dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa hingga kapanpun.

Salah satu peristiwa kelam yang layak dikenang adalah, peristiwa Mangkuk Merah 1967/. Dimana tragedi kemanusiaan dalam sejarah Indonesia berupa peristiwa pembunuhan dan pengusiran ribuan warga etnis Tionghoa di Kalimantan Barat yang terjadi pada akhir tahun 1967. 

Melansir dawi wikipedia, peristiwa penyerangan yang disertai pembunuhan dan pengusiran yang dilakukan oleh ABRI bersama suku Dayak terhadap permukiman warga etnis Tionghoa di pedalaman Kalimantan Barat pada akhir tahun 1967. Peristiwa yang terjadi antara bulan September hingga Desember 1967 ini menjadi salah satu sejarah Indonesia.

BACA JUGA:Suku-Suku Asli Indonesia Yang Terancam Punah, Salah Satunya Pengaruh Miras dan HIV/AIDS

Mangkuk Merah sendiri merupakan istilah ritual dan adat suku Dayak sebagai sarana konsolidasi dan mobilisasi pasukan lintas subsuku yang efektif dan efesien dan simbol dimulainya perang.

Peristiwa Mangkuk Merah 1967 Penumpasan Gerakan Sayap Kiri Komunis oleh sejumlah tokoh Dayak dan ABRI mengejar pelaku separatis yaitu PGRS/Paraku dan etnis Tionghoa merupakan penyokong mereka.

Peristiwa ini mengakibatkan setidaknya 3.000 korban tewas terbunuh di pedalaman dan sekitar 4.000-5.000 korban tewas di pengungsian di Pontianak dan Singkawang karena kelaparan. 

Jauh sebelum peristiwa kelam itu, warga Dayak dan kaum peranakan Tionghoa hidup dan damai. Bahkan, kedua etnis berbeda tersebut sudah menjalin persaudaraan yang kuat. 

BACA JUGA:5 Teori Asal Usul Suku Jawa, Dari Kerajaan Turki Hingga Yunnan Tiongkok Selatan

Namun, hubungan harmonis antara warga Dayak dan Tionghoa itu sirna setelah terjadinya Gerakan 30 September 1965. Citra Presiden Sukarno karena pertimbangan membela Partai Komunis Indonesia (PKI).

Menurut sejarahnya, latar belakang terjadinya perstiwa mangkok merah, bermula dari tahun 1963 hingga 1966, pemerintah Indonesia melakukan konfrontasi terhadap Malaysia. 

Konfrontasi yang didasari oleh penolakan pemerintah Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia ini melibatkan warga Tionghoa di Kalimantan bagian Utara, yang juga memiliki sikap sama dengan Indonesia, yakni menentang pendirian Federasi Malaysia yang didukung penuh oleh Inggris. 

Penolakan warga Tionghoa ini didasari oleh kekhawatiran akan terjadinya dominasi warga Melayu Semenanjung Malaya terhadap rakyat Kalimantan Utara, khususnya warga Tionghoa.

BACA JUGA:Sejarah Masuknya Sepakbola ke Indonesia, Sempat Berhenti Karena Jepang dan Agresi Belanda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: