Suku Bugis, Keras, Identik dengan Perompak yang Haus Membunuh, Bikin Belanda Puyeng

Suku Bugis, Keras, Identik dengan Perompak yang Haus Membunuh, Bikin Belanda Puyeng

Suku Bugis, Keras, Identik dengan Perompak yang Haus Membunuh, Bikin Belanda Puyeng--

RADARMUKOMUKO.COM - Suku Bugis berasal dari wilayah Sulawesi Selatan. Suku Bugis sangat dikenal sama dengan Suku Batak, Suku Sunda dan lainnya. 

Melansir dari wikipedia, ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.

BACA JUGA:Lari ke Hutan Tidak Mau Dijajah Belanda, Suku Polahi Menjadi Terasing Hingga Terapkan Kawin Sedarah

Orang-orang Bugis termasuk petuang atau perantau tangguh, buktinya saat ini orang bugis menyebar di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau. 

Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara. 

BACA JUGA:9 Pahlawan Dikenal Sakti Ditakuti Belanda, Kebal Peluru Hingga Bisa Menghilang

Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. 

Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. 

Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. 

BACA JUGA:Tradisi Kuno Suku Bugis Sigajang Laleng Lipa, Menjaga Siri Bertarung dalam Sarung dengan Ini

Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. 

Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton. 

Sejarah orang bugis cukup panjang, mulai dari masa kerajaan dan jaman penjajahan hingga orde lama.

BACA JUGA:Gender Bissu Dalam Suku Bugis, Bukan Wanita dan Bukan Pria

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: