Mengenang Perlawanan Rakyat Palembang Terhadap Penjajah

Mengenang Perlawanan Rakyat Palembang Terhadap Penjajah

Mengenang Perlawanan Rakyat Palembang Terhadap Penjajah-Dok-

Walaupun demikian, masing-masing mempunyai daerah kekuasaan yang dapat dipungut hasilnya sebagai sarana penghidupannya, sedangkan sebagian besar daerah Palembang jatuh ke tangan Belanda.

BACA JUGA:Ini Penyebab Perang Diponegoro, Penindasan dan Perusakan Moral Bangsa Oleh Belanda

Pangeran Najamudin yang disingkirkan oleh pemerintah Belanda, berusaha memperoleh bantuan Inggris. Usaha Raffles untuk memberi bantuan yang diharapkan itu gagal, sehingga akhirnya Najamudin sebagai faktor yang membahayakan pemerintah Belanda diamankan di Batavia.

Karena adanya kevakuman kekuasaan di daerah pedalaman, maka terus terjadi pergolakan. Orang-orang Minangkabau dan Melayu yang menjadi pengikut Badaruddin sewaktu dia mengungsi ke hulu Sungai Musi melakukan perlawanan terhadap ekspedisi Belanda, sehingga ekspedisi tersebut gagal.

BACA JUGA:Perang Puputan Margarana, Pertempuran Sampai Titik Darah Terakhir Melawan Belanda

Mengingat kaum perlawanan itu adalah pengikut Badaruddin, Belanda mencurigai Badaruddin berada di belakang perlawanan tersebut. Karena itu Sultan Badaruddin dituntut untuk memadamkan gerakan tersebut, dan segera menyerahkan putranya untuk dipindah ke Batavia.

Karena tuntutan tersebut sebagai paksaan, maka Sultan menolak, sehingga perundingan mengalami jalan buntu. Kapal-kapal Belanda yang ada di Palembang ditembaki oleh pasukan sultan. 

Setelah terjadi pertempuran tiga hari, Muntinghe beserta kapal-kapalnya terpaksa meninggalkan Palembang mengundurkan diri ke Bangka.

BACA JUGA:Perang Kedondong, Pasukan Ulama, Santri, Pemuda, Petani Hingga Buruh Bikin Belanda Pontang Panting

Kemennangan Sultan Badaruddin tersebut menggugah daerah- daerah lain untuk melawan Belanda, sehingga pertempuran menjalar ke Bangka, Lingga, dan Riau. Untuk menghadapi serangan Belanda, Sultan Badaruddin membangun pertahanan yang kuat di sepanjang Sungai Musi.

Sebelum mengirim tentara ke Palembang, Belanda mengangkat Pangeran Prabu Anom (putra Najamudin) sebagai Sultan Palembang. Dengan dukungan Sultan baru itu, Belanda mulai menyerang pertahanan di Plaju, tetapi dipukul mundur oleh pasukan Badaruddin.

BACA JUGA:Perang Sisingamangaraja, Perlawanan Masyarakat Batak Terhadap Belanda

Dalam serangan yang kedua, Plaju direbut sehingga jalan ke Palembang terbuka bagi angkatan perang Belanda. Dalam menghadapi situasi ini, Sultan Badaruddin mencoba berunding dan tidak lagi melakukan perlawanan. Pada tanggal 1 Juli 1821 kraton diduduki oleh Belanda. 

Sultan Badaruddin mengungsi ke hulu Sungai Musi untuk melanjutkan perlawanan. Setelah bertahan selama delapan bulan, ia ditangkap dan diasingkan ke Menado, sehingga pada tahun 1822 berakhirlah perlawanan Palembang.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: