Perang Sisingamangaraja, Perlawanan Masyarakat Batak Terhadap Belanda

Perang Sisingamangaraja, Perlawanan Masyarakat Batak Terhadap Belanda

Perang Sisingamangaraja, Perlawanan Masyarakat Batak Terhadap Belanda-Dok-

RADARMUKOMUKO.COM - Bagi yang masih ingat dengan pelajaran sekolah dari kelas 5 SD hingga SMP, pasti pernah belajar sejarah, salah satunya tentang Sisingamangaraja. Bahkan sosoknya juga melekat di uang kertas 1000 rupiah.

Sisingamangaraja XII merupakan tokoh pahlawan nasional yang berasal dari daerah Tapanuli, Sumatra Utara. Ia juga merupakan pemimpin kerajaan masyarakat Batak yang memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu.

Dalam konten ini membahas terkait dengan sosoknya yang menjadi tokoh dalam Perang Batak dan juga disebut Perang Sisingamangaraja. Sosok Sisingamangaraja XII merupakan raja terakhir dari Tanah Batak yang memimpin Perang Batak.

BACA JUGA:Perang Puputan Margarana, Pertempuran Sampai Titik Darah Terakhir Melawan Belanda

Dalam buku pelajaran IPS Sejarah untuk SMP/MTs kelas IX yang disusun oleh Soeyono dan Suhartono (2008), Perang Batak terjadi di Tapanuli dan berlangsung sekitar 29 tahun. Perang tersebut dimulai di tahun 1878 sampai 1907.

Awal konflik Batak dan Belanda dipicu oleh perkembangan agama Kristen yang dibawa oleh Belanda. Pada awalnya Raja Sisingamangaraja XII tidak keberatan dengan agama Kristen yang dibawa oleh Belanda. 

Namun, pandangan tersebut berubah ketika raja menyadari bahwa Belanda melakukan monopoli dan memanfaatkan penyebaran agama sebagai sarana monopolinya.

BACA JUGA:Ini Penyebab Perang Diponegoro, Penindasan dan Perusakan Moral Bangsa Oleh Belanda

Akhirnya Raja Sisingamangaraja XII menolak penyebaran agama oleh Belanda. Hal ini juga didasari oleh adanya agama asli Batak yang ingin dipertahankan, yaitu Parmalim. 

Masyarakat Batak mulai resah karena para misionaris agama Kristen memiliki kedekatan dengan Pemerintah Belanda.

Untuk itu, Raja Sisingamangaraja XII mulai melakukan pengusiran terhadap para misionaris tersebut. Para misionaris tidak terima dengan pengusiran tersebut, mereka kemudian meminta bantuan kepada Pemerintah Belanda. Kejadian tersebut terjadi selama tahun 1877.

Diketahui  sebelumnya Belanda sudah menguasai wilayah Sumatera Utara dan Aceh, namun Belanda ingin memperluas daerah jajahan mereka dengan menyerang Tapanuli.

BACA JUGA:Menjelajah Keindahan Pulau Morotai, Pulau yang Pernah Menjadi Sarang Militer Pada Perang Dunia ke-2

Sisingamangaraja XII kemudian menjawab serangan pasukan Belanda dengan menyerang balik markas Belanda di Tarutung. Hasil perlawanan Sisingamangaraja adalah berhasil mempertahankan adat dan tanah Batak dari Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: