Sejarah 4 Suku Minangkabau, Penyembah Dewa Hingga Penganut Agama Budha Yang Taat

Sejarah 4 Suku Minangkabau, Penyembah Dewa Hingga Penganut Agama Budha Yang Taat

Minangkabau masa lampau-Radar Mumuko-net, istimewa radar mukomuko

Suku Piliang

Suku Piliang adalah salah satu suku yang berkerabat dengan suku Koto dan membentuk adat Ketumanggungan atau dikenal juga dengan Lareh Koto Piliang. 

Menurut Budayawan AA Navis, kata Piliang terbentuk dari dua kata yaitu ‘Pele’ artinya banyak dan ‘Hyang’ yang artinya Dewa atau Tuhan. 

Ini menunjukkan di masa lampau suku Piliang adalah suku pemuja banyak dewa, yang barangkali mirip dengan kepercayaan Hindu.

Dilansir dari wikipedia, ada juga versi yang mengatakan suku Piliang yang merupakan saudara dari suku Koto, yang cendrung disebut dengan Koto Piliang berasal dari Kato Pilihan. Koto berasal dari kato (Ucapan) dan Piliang berasal dari Pilihan, (Unggulan). jadi Koto Piliang adalah berasal dari Kato Pilihan. 

BACA JUGA:Suku Boentoet, Manusia Berekor dari Kalimantan yang Sempat Dicari

BACA JUGA:Fakta Unik Suku Punan Batu Yang Mirip dengan Suku Kubu

karena nota bene dalam Tambo Minangkabau Koto Piliang adalah pemegang tampuk kekuasaan (pemerintahan) karena DT. Katemanggungan berdarah bangsawan (rajo). 

Jadi dirunut dari situ adakalanya kato pilihan asal kata Koto Piliang ada benarnya, karena kata raja (penguasa) adalah kata-kata pilihan yang akan keluar dari mulutnya.

 

Suku Caniago

Suku Caniago adalah suku asli Minang yang dibuat oleh Datuk Parpatih nan Sabatang yang memiliki falsafah hidup demokratis yaitu menjunjung tinggi falsafah “bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat. 

Nan bulek samo digolongkan, nan picak samo dilayangkan” yang artinya “bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat”. 

Karena itulah masyarakat Caniago mengambil semua keputusan dengan musyawarah untuk mufakat. 

Salah satu falsafah untuk mencari kata kesepakatan dalam mengambil keputusan pada suku Caniago yaitu “aia mambasuik dari bumi” yang artinya suara yang harus didengar adalah suara dari bawah atau dari rakyat kecil barulah didiskusikan untuk mencapai kata mufakat barulah pemimpin yang menetapkan keputusan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: