Suku Da’a, Tinggal di Hutan dan Pegunungan Hingga Takut Melihat Laut
Suku Da’a, Tinggal di Hutan dan Pegunungan Hingga Takut Melihat Laut--
RADARMUKOMUKO.COM – Salah satu suku yang cukup tua di Indonesia adalah Suku Da’a. Suku Da’a merupakan suku nomaden yang mendiami perbatasan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.
Mereka bermukim di kawasan hutan dan pegunungan, terutama di gunung Gawalise tepi jalan Pue Lembo, Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Suku ini merupakan salah satu dari kelompok sub-suku Kaili.
BACA JUGA:Wanita Suku Zulu Tidak Menutup Aurat, Tes Keperawanan Gunakan Buluh Ditengah Kerumunan
Dilansir dari Wikipedia dan berbagai sumber, masyarakat suku Da’a memiliki ciri fisik dan kebudayaan non-austronesia.
Hal ini dengan kuat mengindikasikan bahwa pulau sulawesi telah dihuni manusia modern jauh sebelum kedatangan. Bangsa ke pulau Sulawesi sekitar 5.000 tahun lalu.
BACA JUGA:Minyak Zaitun Dapat Membuat Wajah Cerah dan Berseri, Begini Cara Menggunakan
Jika dilihat dari bentuk wajah, sebagian masyarakat suku Da’a menyerupai menyerupai orang papua, yang termasuk kelompok awal migrasi dari benua afrika Mereka tiba di nusantara sekitar 50.000 tahun silam.
Kemungkinan besar, masyarakat Da’a ini memang kelompok Austro-Melanesoid dengan ciri pygmy (berbadan pendek), rambut keriting, dan kulit cenderung gelap.
Kemungkinan dikarenakan bisa tinggal di huta, warga suku ini takut laut, dan sama sekali tidak mengenal budaya membuat perahu. Sangat berbeda dengan kebudayaan Austronesia yang memiliki keahlian melaut.
Namun, sekalipun memiliki ciri budaya non-Austronesia, masyarakat Da’a yang berbahasa Kaili dikelompokkan dalam penutur Austronesia Barat atau serumpun dengan masyarakat Dayak di pulau Kalimantan.
BACA JUGA:Suku Oni Bersembunyi Tak Mau Ditemui, Karena Barang Miliknya Sering Dipinjam dan Tidak Kembali
Dahulu masyarakat suku Da’a mengikuti ajaran animisme yakni mempercayai adanya roh-roh. prosesi penguburan anggota keluarganya yang meninggal dilakukan di dalam hutan.
Mayat dikuburkan dalam peti kayu lengkap dengan pakaiannya. Karena sifat huniannya yang tidak-permanen, maka tidak ada bekas pemakaman masyarakat Da’a dari zaman kuno.
Dalam tradisi mereka, apabila ada warganya yang meninggal dunia, mereka akan pindah dari kampung tersebut agar terhindar dari gangguan roh orang yang meninggal tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: