7 Perang Melawan Belanda Sebelum Indonesia Merdeka, Dari Aceh, Bali Hingga Ambon

Senin 14-08-2023,07:30 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Sikap bangsa Eropa ingin memonopoli hasil bumi seperti rempah di Indonesia sangat menyakiti rakyat. Seperti di Maluku, kolonial Belanda menerapkan berbagai kebijakan yang menyengsarakan bangsa Indonesia seperti kewajiban kerja paksa, penyerahan hasil kelautan, memberhentikan guru demi kehematan, menjadikan kawula muda sebagai tentara, dan ketidakmauan Belanda untuk membayar terhadap perahu yang dipesannya.

Menghadapi hal tersebut, para tokoh dan pemuda di Maluku sepakat melawan kekejaman kolonial Belanda. Terjadilah perang antara Belanda dibawah pimpinan Van den Berg dengan Maluku dibawah komando Christina Matrha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina, yang mana Indonesia mampu menguasai Benteng Duurstede.

Belanda meminta bantuan dari Ambon lewat jalur perairan tetapi digagalkan oleh pasukan Pattimura. Dengan datangnya bantuan dari Batavia maka Belanda membawa semua pasukannya untuk merebut benteng Duurstede dan naasnya benteng tersebut bisa kembali dikuasai Belanda, sehingga sisa pasukan Pattimura berusaha untuk meloloskan diri dari tangan Belanda.

BACA JUGA:Kisah Pahlawan Wanita Panglima Perang yang Ditakuti Penjajah, Nyi Ageng Serang Keturunan Sunan Kalijaga

Untuk menangkap Pattimura, maka Belanda membuat sayembara, dimana siapa yang mampu menangkap Pattimura akan diberi hadiah 1000 gulden. 

Selama 6 bulan melakukan perlawanan, akhirnya Pattimura tertangkap dan pada 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di alun-alun kota Ambon sedangkan pimpinan lainnya seperti Christina Martha Tiahahu dibuang ke Jawa untuk bekerja rodi.

Perang Padri di Sumatra Barat

Perang Padri merupakan perlawanan yang sangat menyita biaya dan tenaga yang sangat besar bagi rakyat Sumatra Barat dan juga Belanda.

Saat itu, rakyat Sumatra Barat merupakan persatuan antara kaum padri atau ulama dengan kaum adat ditambah lagi datangnya bantuan dari Aceh yang membuat Belanda kesulitan.

Nah, Belanda kemudian menerapkan sistem pertahanan benteng stelsel.

Belanda menjadikan benteng Fort de Kock di Bukit Tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen menjadi benteng pertahanannya.

Penerapan sistem pertahanan benteng stelsel oleh Belanda ternyata berhasil menuai kemenangan yang ditandai dengan jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837.

BACA JUGA:4 Perang Paling Konyol Disebabkan Hal Sepele, Karena Mabuk, Persoalan Babi Hingga Karena Anjing

Kemudian Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Priangan, Ambon, dan Manado.

Perang Padri pun dianggap selesai dengan kemenangan jatuh ke pihak Kolonial Belanda, sementara Tuanku Tambusai bersama sisa-sisa pengikutnya terpaksa pindah ke Negeri Sembilan di Semenanjung Malaya.

Kerajaan Pagaruyung akhirnya menjadi bagian Pax Netherlandica di bawah kendali Hindia Belanda.

Kategori :