Perang Diponegoro dipicu adanya campur tangan Belanda dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta.
Pada Mei 1825, dibangun jalan baru Belanda memasang patok-patok di tanah leluhur Diponegoro. Kemudian patok tersebut dicabut oleh pengikut Diponegoro.
Perang pecah pada 20 Juli 1825 di Tegalrejo dengan diutusnya serdadu Belanda untuk menangkap Diponegoro.
BACA JUGA:Perang Puputan Margarana, Pertempuran Sampai Titik Darah Terakhir Melawan Belanda
Tegalrejo yang menjadi markas pengikut Diponegoro berhasil direbut dan dibakar oleh Belanda. Pada 1830, Diponegoro bersedia berunding dengan Belanda di Magelang.
Ternyata perundingan tersebut hanya menjadi tipuan dan Diponegoro akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Manado.
Kegagalan perang Diponegoro adalah karena Diponegoro ditipu Belanda, serta senjata pengikutnya dilucuti.
Perang Banjar
Perlawanan mengusir penajajah yang terakhir adalah Perang Banjar yang disebabkan campur tangan Belanda dalam pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin.
Perlawanan rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Antasari setelah Belanda menangkap Prabu Anom. Peperangan pecah di Kalimantan dengan datangnya pasukan bantuan bagi Belanda yang membuat pasukan Pangeran Antasari terdesak.
BACA JUGA:Ini Penyebab Perang Diponegoro, Penindasan dan Perusakan Moral Bangsa Oleh Belanda
Perang ini benar-benar selesai pada 1866 saat Pangeran Hidayat yang menjadi Raja Kerajaan Banjarmasin menyerahkan diri ke Belanda. Penyebab kegagalan perang Banjar adalah kekalahan dalam jumlah pasukan dan senjata.
Itulah beberapa perang di daerah dan banyak perperangan lain di daerah juga tidak kalah sengitnya.*