Throning Dating pada Generasi Z, Trend Pacaran Era Sekarang
Throning Dating pada Generasi Z, Trend Pacaran Era Sekarang--
RMONLINE.ID - Di era digital yang semakin berkembang, muncul berbagai tren kencan yang unik di kalangan Generasi Z, salah satunya adalah fenomena "throning dating".
Istilah ini mengacu pada perilaku seseorang yang menjalin hubungan romantis dengan orang lain bukan karena ketertarikan yang tulus, melainkan karena status sosial, popularitas, atau keuntungan yang bisa didapatkan dari pasangan tersebut.
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di era media sosial yang mengutamakan citra dan pengakuan publik.
Hal ini menciptakan budaya kencan yang lebih kompleks dibandingkan generasi sebelumnya. Dalam throning dating, seseorang menjadikan pasangannya sebagai semacam "tahta" atau pijakanuntuk meningkatkan status sosial mereka, baik di dunia nyata maupun digital.
BACA JUGA:Amankah Air Rebusan Mie Instan Dikonsumsi?
BACA JUGA:Penyebab Kepribadian Seseorang Bertambah Pada Penderita DID (Dissociative Identity Disorder)
Fenomena ini semakin marak seiring dengan berkembangnya platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter. Para pelaku throning dating seringkali memilih pasangan berdasarkan jumlah pengikut di media sosial, latar belakang keluarga, atau pencapaian profesional yang dapat meningkatkan nilai sosial mereka sendiri.
Hubungan yang terjalin kemudian dipamerkan secara ekstensif di media sosial, menjadi semacam "konten" yang dapat menghasilkan engagement dan popularitas.
Motivasi di balik throning dating beragam, mulai dari keinginan untuk diterima dalam lingkaran sosial tertentu, meningkatkan personal branding, hingga mendapatkan keuntungan material.
BACA JUGA:Resep dan Cara Membuat Deram-deram, Kuliner Khas Kepri yang Nikmat
Beberapa pelaku bahkan secara sadar mencari pasangan yang dapat membuka pintu kesempatan karir atau bisnis bagi mereka. Hal ini menciptakan dinamika hubungan yang tidak seimbang dan cenderung bersifat transaksional.
Dampak psikologis dari throning dating tidak bisa diabaikan. Bagi mereka yang menjadi "tahta", seringkali muncul perasaan dimanfaatkan dan tidak dihargai sebagai individu.
Sementara bagi pelaku throning dating sendiri, kebiasaan ini dapat mengikis kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang tulus dan bermakna. Mereka mungkin terjebak dalam siklus mencari validasi eksternal dan kesulitan menemukan kepuasan dalam hubungan yang autentik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: