Merayakan Maulid Nabi, Benarkah Bid’ah? Ulasan Lengkap dari Ustadz Adi Hidayat dan Buya Yahya

Merayakan Maulid Nabi, Benarkah Bid’ah? Ulasan Lengkap dari Ustadz Adi Hidayat dan Buya Yahya

Merayakan Maulid Nabi, Benarkah Bid’ah? Ulasan Lengkap dari Ustadz Adi Hidayat dan Buya Yahya--Sumber Foto : Lensakini.com, Promediateknologi.id

RMONLINE.ID – Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi momen yang dinantikan umat Islam di seluruh dunia. Namun, setiap tahunnya, perdebatan mengenai hukum perayaan ini kembali mengemuka. Apakah merayakan Maulid Nabi termasuk bid’ah atau tidak? Dua tokoh agama terkemuka, Ustadz Adi Hidayat (UAH) dan Buya Yahya, memberikan pandangan mereka terkait hal ini.

Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi tidak bisa serta merta dikategorikan sebagai bid’ah. Menurutnya, yang terpenting adalah bagaimana perayaan tersebut dilaksanakan. Jika perayaan diisi dengan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan mempelajari sirah nabawiyah, maka hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

BACA JUGA:Berkah HUT Harian Rakyat Bengkulu, Suwarni dan Suaminya Bisa Umroh

BACA JUGA:Belum Ditetapkan Calon, Bawaslu Mulai Tempel Ketat Sapuan - Wasri

“Yang menjadi bid’ah adalah ketika perayaan Maulid Nabi diisi dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat, seperti hura-hura atau perbuatan yang berlebihan,” jelas UAH. Ia juga menekankan pentingnya memahami esensi dari perayaan Maulid Nabi, yaitu untuk mengingat dan meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW.

Senada dengan UAH, Buya Yahya juga berpendapat bahwa perayaan Maulid Nabi bukanlah bid’ah. Menurutnya, perayaan ini merupakan bentuk ekspresi cinta umat kepada Nabi Muhammad SAW. “Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat kita cintai. Merayakan Maulid Nabi adalah salah satu cara kita untuk mengungkapkan rasa cinta tersebut,” ujar Buya Yahya.

Buya Yahya juga menjelaskan bahwa perayaan Maulid Nabi bukanlah hal baru dalam sejarah Islam. Sejak zaman sahabat, sudah ada bentuk-bentuk perayaan untuk mengenang kelahiran Rasulullah SAW. “Perayaan Maulid Nabi bukanlah sesuatu yang dibuat-buat. Ini adalah tradisi yang sudah ada sejak lama,” tegasnya.

BACA JUGA:Diserahkan ke BKSDA, Perangkap Buaya Milik Dinas LH Belum Pernah Poin

BACA JUGA:Ini Jadwal dan Tempat Pengukuhan Kades dan BPD Oleh Bupati Mukomuko

Meskipun demikian, baik UAH maupun Buya Yahya sepakat bahwa perayaan Maulid Nabi harus dilaksanakan dengan cara yang benar. Perayaan ini tidak boleh dijadikan ajang untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. “Yang terpenting adalah niat kita dalam merayakan Maulid Nabi. Jika niat kita baik, maka insya Allah perayaan tersebut akan membawa berkah,” kata UAH.

Perdebatan mengenai hukum perayaan Maulid Nabi memang tidak akan pernah selesai. Namun, pandangan dari UAH dan Buya Yahya memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai hal ini. Merayakan Maulid Nabi bukanlah bid’ah selama dilaksanakan dengan cara yang benar dan sesuai dengan syariat Islam.

Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk selalu mencintai dan meneladani Rasulullah SAW. Perayaan Maulid Nabi bisa menjadi salah satu momen untuk meningkatkan kecintaan kita kepada beliau. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita mengimplementasikan akhlak mulia Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, perayaan Maulid Nabi tidak hanya menjadi seremonial belaka, tetapi juga menjadi momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas keimanan kita. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari perayaan Maulid Nabi dan menjadi umat yang lebih baik lagi.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: