Keris Para Pejuang yang Ditakuti Belanda, Ada yang Tahan Peluru Ada yang Bisa Berdiri

Keris Para Pejuang yang Ditakuti Belanda, Ada yang Tahan Peluru Ada yang Bisa Berdiri

Keris Para Pejuang yang Ditakuti Belanda, Ada yang Tahan Peluru Ada yang Bisa Berdiri--

Anak muda atau Dukun itu kemudian memberinya secarik kertas. Lalau Panglima Soedirman berpesan agar  “Jimat ini tak boleh terpisah dari Saudara,” ucap Soedirman.  dan “Kalau hilang, kekuatannya bisa berbalik.  Jadi Jagalah sebaik-baiknya.”

Seterusnya jimat  tersebut menemani Muhamad Roem untuk menhadapai delegasi Belanda yang keras kepala tidak mau pergi dari Indonesia.

Dikutip dari beberapa sumber, dalam pertemuan kedua delegasi itu, seorang diplomat Amerika Serikat yang jadi penengah dalam rundingan itu, Dia  memuji  M Roem dan delegasi dari Indonesia. 

“Saya sudah kesal karena Belanda begitu legalistik, tapi kalian bisa melawannya dengan legalistik juga. You are wonderful,” katanya, seperti ditulis Roem dalam Jimat Diplomat. 

Muhamad Roem,  merupakan lulusan Rechts School (Sekolah Hukum) di Jakarta, hanya mesem sambil meraba jimat itu di saku celananya.

Selanjutnya  dari cerita anak bungsunya Mohamad Teguh Soedirman  dimana kisah seorang santri dari Pesantren Krapyak, Yogyakarta. 

Santri ini mengkisahkan cerita gurunya yang ikut langsung  bergerilya bersama Panglima Soedirman.

Dalam pertempuran sengit kata santri itu yang diceritakan oleh gurunya, Panglima Soedirman  dalam sebuah pertempuran  menjatuhkan pesawat Belanda  dengan meniupkan bubuk merica. Teguh berkomentar, “Gila, ini tak masuk nalar.”

Situasi desa Bajulan  yang sunyi dan senyap mendak terbangun oleh desingan suara pesawat di bulan Januari 1949.

Sehingga Penduduk kampung yang beada di sawah,  halaman, dan jalan, panik mencari tempat berlindung.

Warga Nganjuk paham betul, bahwa pesawat Belanda yang mencari para grilyawan siap akan menjatuhkan Bom dan peluruh.  Sehingga masyrakat sembunyi di balik pepohonan.

Termasuk perempuan bernama Jirah 16 tahun yang selalu didapur  seraya membayangkan gubuknya jika di hujani peluru Belanda.

Dimana saat itu di rumahnya ada sembilan laki-laki asing tamu ayah angkatnya, Pak Kedah, yang ia layani makan dan minum. 

Walau Jirah tidak mengenal siapa 9 laki-laki itu, tapi dalam hatinya ia menduga mereka Grilyawan yang sedang di cari Belanda.

Diluar dugaan sewaktu pesawat mendekat, dia melihat seorang yang memakai beskap duduk di depan pintu dikelilingi delapan lainnya. “Saya mengintip dan menguping apa yang akan terjadi dari dapur,” kata Jirah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: