Keris Para Pejuang yang Ditakuti Belanda, Ada yang Tahan Peluru Ada yang Bisa Berdiri
Keris Para Pejuang yang Ditakuti Belanda, Ada yang Tahan Peluru Ada yang Bisa Berdiri--
Dikutip dari beberapa sumber, dalam biografi Diponegoro, The Power of Prophecy yang ditulis sejarawan Peter Carey, menyebutkan jika isian keris tersebut mengandung makna hubungan antara manusia di dunia nyata dan makhluk-makhluk gaib tak kasat mata.
Keunikan Keris Kiai Nogo Siluman digambarkan memiliki 13 luk dan sering dilemparkan ke laut kidul. Bahkan dikisahkan Ratu Kidul pernah datang menawarkan bantuan pasukan gaib untuk mengusir Belanda. Namun pertolongan gaib itu ditolaknya.
BACA JUGA:Ikut KB MOW dan KB MOP Gratis dan Diberi Uang Rp 100 Ribu Untuk 3 Hari
Pertempuran yang dijalani Pangreran Diponegoro selalu dahsyat. Strategi gerilya yang diciptakannya membuat Belanda kehilangan ribuan pasukan.
Perang Jawa yang terjadi selama lima tahun menjadi sejarah besar bukan hanya lantaran biayanya dan korbannya yang berjumlah fantastis.
Ini adalah perang yang membuat Belanda hampir meruntuhkah kedaulatan Keraton Yogyakarta.Perang selama lima tahun (20 Juli 1825-28 Maret 1830) ini penuh dengan aspek sosial politik, termasuk kebencian Diponegoro terhadap korupsi dan keinginannya membentuk negara Islam.
Peter Carey, sejarawan Universitas Oxford, yang telah meneliti Diponegoro selama 30 tahun mengatakan banyak aspek dari sang pangeran , selain mistis dan misterius, ternyata lebih “aneh dibandingkan khayalan”.
BACA JUGA:Peserta Tes PPPK Hati-Hati, Ini Modus Penipuan Yang Sering Terjadi
Diponegoro bukan nama asli. Sang pangeran memperoleh namanya dari bahasa Sansekerta, yakni dipa yang berarti ‘cahaya’ dan nagara yang berarti ‘negara’. Secara keseluruhan namanya berarti 'cahaya negara' dan merupakan gelar kebangsawanan di Keraton Jawa Tengah bagian selatan.
Selanjutnya dikisahkan oleh Muhamad Roem bahwa Jenderal Soedirman memang seorang yang menyakini dan suka dengan dunia supranatural, sebab itu merupakan kegemaran dan kesukaan beliau, hal demikian selalu dipakai sa’at grilya atau sedang berdiplomasi formal dengan Belanda.
Beberapa hari sebelum terjadinya perundingan Renville di yogyakarta 17 Januari 1948 tiba-tiba Muhamad Roem di panggil Presiden Soekarno
Soekarno meminta ketua delegasi Indonesia dalam perundingan nanti jiwa saudara harus di perkuat, untuk itu presiden memerintahkan untuk menemui Jenderal Soedirman terlebih dahulu, awalnya M Roem menolak karena belum mengerti tetang urusan seperti itu.
Dan hebatnya lagi ternyata Panglima Soedirman sudah menunggu di rumah bersama seorang anak muda yang langsung dikenal dengan Muhamad Roem sebagai anak pintar,
Di rumahnya, Panglima Soedirman sudah menunggu, dan ditemani seorang anak muda yang ia kenalkan kepada Roem sebagai “orang pintar”anak muda yang tak punya pekerjaan tetap itu yang akan mendoakan untuk memperkuatkan jiwa Menteri Dalam Negeri kala itu.
BACA JUGA:Penganut Bumi Datar dan Wanita Suku Ini Boleh Punya Suami Lebih dari Satu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: