Kisah Suku Asmat Balas Dendam Peristiwa Awyu Oleh Belanda, Naas Putra Wapres AS Terbunuh

Amerika tertarik dengan kandungan emas dan tembaga yang melimpah di Pegunungan Jayawijaya.

Namun, untuk mencapai lokasi tambang, mereka harus melewati wilayah suku Asmat, Suku Asmat tidak senang dengan kehadiran Amerika yang merusak lingkungan dan mengancam kehidupan mereka. Mereka juga tidak mau menjual tanah dan hasil hutan mereka kepada Amerika.

Mereka sering melakukan protes dan sabotase terhadap kegiatan-kegiatan Amerika, seperti membakar helikopter, merusak jalan, atau menyerang pekerja-pekerja tambang.

Salah satu peristiwa yang menunjukkan perlawanan suku Asmat terhadap Amerika adalah Pembunuhan Michael Rockefeller pada tahun 1961.

Pembunuhan ini terjadi ketika Michael Rockefeller, seorang antropolog dan putra dari Wakil Presiden (WAPRES) Amerika Nelson Rockefeller, mengunjungi wilayah suku Asmat untuk mengoleksi seni ukir kayu.

Michael Rockefeller bersama rekannya Rene Wassing sedang mengendarai sebuah perahu motor ketika perahu mereka terbalik akibat ombak besar.

Wassing memilih untuk menunggu di atas perahu yang terbalik, sementara Rockefeller memutuskan untuk berenang ke pantai untuk mencari bantuan.

BACA JUGA:Rahasia Cantik Alami Gadis Suku Baduy, Kulit Bersih Tanpa Noda Walau Tanpa Hiasan Mahal

BACA JUGA:Pinjol Flexi Cash Bisa Ajukan Rp 500 Ribu Hingga Rp 200.000.000, Proses Cepat Syarat Ini Saja

Namun, Rockefeller tidak pernah sampai ke pantai. Ia diduga ditangkap dan dibunuh oleh orang Asmat, sebagai balas dendam atas pembantaian Awyu yang dilakukan oleh Belanda lima tahun sebelumnya.

Perlawanan suku Asmat berlangsung hingga sekarang, meskipun dengan intensitas yang berkurang.

Suku Asmat masih mempertahankan identitas dan tradisi mereka sebagai bangsa Papua yang ingin hidup mandiri dan sejahtera.

Suku Asmat adalah salah semangat perlawanan bangsa Papua terhadap penjajah.*

 

 

Sumber: