Kisah Perlawanan Suku Nias Saonigeho, Belanda Putus Asa Karena Selalu Gagal dan Dikalahkan

Kisah Perlawanan Suku Nias Saonigeho, Belanda Putus Asa Karena Selalu Gagal dan Dikalahkan

Kisah Perlawanan Suku Nias Saonigeho, Belanda Putus Asa Karena Selalu Gagal dan Dikalahkan--

Saonigeho juga belajar ilmu bela diri dan strategi perang dari ayahnya yang juga seorang pemimpin perang.

Saönigeho mulai terlibat dalam perlawanan melawan Belanda sejak tahun 1883, ketika ia bergabung dengan pasukan Pangeran Antasari dari Banjar yang melarikan diri ke Nias setelah kalah perang melawan Belanda di Kalimantan.

BACA JUGA:Pinjam Bank Mandiri Rp 100 Juta Hingga Rp 5 Miliar Dengan Jaminan Sertifikat, Proses Cepat

BACA JUGA:Pinjam Uang Hingga Rp 25 Juta dan Wujudkan Rumah Hunian Secara Online di BPJS Ketenagakerjaan

Saönigeho belajar banyak dari Antasari tentang cara berperang melawan Belanda dengan menggunakan gerilya dan serangan mendadak.

Setelah Antasari meninggal pada tahun 1888, Saönigeho kembali ke desanya dan menjadi pemimpin perang di sana. 

Ia kemudian menyatukan beberapa desa di Nias Selatan untuk membentuk aliansi melawan Belanda.

Saönigeho juga menjalin hubungan baik dengan beberapa kerajaan di Sumatera, seperti Aceh, Jambi, Palembang, Lampung, Banten, Cirebon, Mataram, Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi, Maluku, Papua, dan lain-lain.

Ia juga mengirimkan utusan ke negara-negara lain yang bersimpati dengan perjuangan Nias, seperti Turki Utsmani, Iran, Afghanistan, Maroko, Mesir, Arab Saudi, Yaman, India, China, Jepang, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Filipina, dan lain-lain.

Saönigeho memimpin banyak serangan ke pos-pos Belanda di sepanjang pantai Nias. Ia juga berhasil menggagalkan beberapa upaya Belanda untuk menembus hutan-hutan di pedalaman Nias.

Ia menggunakan taktik-taktik seperti menyamar sebagai pedagang atau nelayan untuk mendekati musuh, menyerang secara tiba-tiba dengan senjata tradisional seperti tombak dan parang, membuat jebakan-jebakan seperti lubang berduri atau pohon tumbang, dan mengandalkan kecepatan dan ketangkasan untuk menghindari tembakan musuh.

Saönigeho juga memimpin beberapa pertempuran besar melawan Belanda, seperti:

- Pertempuran Orahili Fau pada tahun 1898, ketika Saönigeho berhasil mempertahankan desanya dari serangan Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Van Daalen.

Saönigeho dan pasukannya bertempur dengan gagah berani dan berhasil menewaskan banyak tentara Belanda. Van Daalen sendiri terluka parah dan harus mundur ke Gunungsitoli.

- Pertempuran Teluk Dalam pada tahun 1904, ketika Saönigeho berhasil merebut kota Teluk Dalam dari tangan Belanda. Saönigeho dan pasukannya menyerbu kota tersebut dengan menggunakan perahu-perahu kecil dan mengejutkan musuh yang sedang lengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: