Pengusiran dan Pembataian Etnis Tionghoa dalam Tragedi Mangkuk Merah, Awalnya Hidup Rukun Bersama Suku Dayak

Pengusiran dan Pembataian Etnis Tionghoa dalam Tragedi Mangkuk Merah, Awalnya Hidup Rukun Bersama Suku Dayak

Pengusiran dan Pembataian Etnis Tionghoa dalam Tragedi Mangkuk Merah, Awalnya Hidup Rukun Bersama Suku Dayak--

Meletusnya tragedi politik Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI) telah meniadakan peran politik Soekarno serta kekuatan politik kiri (komunis) selaku pendukung utama konfrontasi terhadap Malaysia, termasuk peran pasukan PGRS/Paraku. 

BACA JUGA:Peristiwa Bandung Lautan Api, Pengorbanan Melawan Penjajah

BACA JUGA:40.000 Rakyat Sipil Dihabisi Belanda Dalam Peristiwa Westerling, Kala Indonesia Sudah Merdeka

Pasca G30S/PKI, pemerintah rezim Orde Baru di bawah Soeharto melakukan upaya penumpasan terhadap seluruh kekuatan politik kiri (komunis) termasuk PGRS/Paraku yang didominasi etnis Tionghoa dan telah menyebabkan perubahan besar politik Indonesia.

Dari sinilah muncul tragedi kemanusiaan dalam sejarah Indonesia, yaitu pembunuhan dan pengusiran ribuan warga etnis Tionghoa di Kalimantan Barat yang terjadi pada akhir tahun 1967. 

Melansir dari wikipedia, peristiwa penyerangan yang disertai pembunuhan dan pengusiran yang dilakukan oleh ABRI bersama suku Dayak terhadap permukiman warga etnis Tionghoa di pedalaman Kalimantan Barat pada akhir tahun 1967. 

Peristiwa yang terjadi antara bulan September hingga Desember 1967 ini menjadi salah satu sejarah Indonesia.

Mangkuk Merah sendiri merupakan istilah ritual dan adat suku Dayak sebagai sarana konsolidasi dan mobilisasi pasukan lintas subsuku yang efektif dan efesien dan simbol dimulainya perang.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: