Saat Bangsa Belanda Dapat Karma Semasa Jepang, Tentara dan Keturunannya Dilibas, Ditawan dan Dilecehkan

Saat Bangsa Belanda Dapat Karma  Semasa Jepang, Tentara dan Keturunannya Dilibas, Ditawan dan Dilecehkan

Saat jepang berkuasa, bangsa belada dan pribumi menderita-Ilustrasi-net, istimewa radar mukomuko

 

RADARMUKOMUKO.COM - Tentara dan orang-orang Belanda menjadi masyarakat kelas satu dan bertindak semena-mena pada masyarakat pribumi Indonesia di masa penjajahan.

Perbudakan yang dikenal dengan Djangos dan Babu, kemudian tanam paksa, kerja rodi pelecehan dan lainnya yang membuat rakyat pribumi benar-benar berada pada titik terendah yang tak dihargai.

Karma dari tindakan kejam Belanda selama menjajah Indonesia datang saat ketika Jepang mulai berkuasa 8 Maret tahun 1942.

Kondisi yang dihadapi orang Belanda berbalik dibanding dengan masa kekuasaan mereka di Indonesia.

"Masa Bersiap" sebuah peristiwa kelam dimana terjadi pembantaian secara besar-besaran terhadap bangsa Belanda atau yang disebut juga dengan londo.

Pembantaian ini bertujuan sebagai pemusnahan massal terhadap bangsa belanda yang sudah lama menjajah bangsa pribumi untuk digantikan dengan penjajahan Jepang pada era tahun 1942. 

BACA JUGA:Kisah Putri Oei Hui Lan Yang Bergelimang Harta Namun Penuh Kesedihan dan Air Mata, Anak Raja Gula Semarang

BACA JUGA:Perang Sampai Titik Darah Terakhir, Pertempuran Perang Puputan Margarana Melawan Belanda

Karena diprovokasi Jepang, para warga pribumi ikut serta dalam pembantaian terhadap bangsa Belanda di Indonesia. Saat itu Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia

Warga pribumi yang tanpa pikir panjang dan merasa sangat dirugikan oleh Belanda selama ini ikut dalam aksi pembantaian. Para bangsa Belanda itu di bunuh, di penggal dan di siksa tanpa ampun.

Melansir dari aartreya.com, menurut Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern, selama setahun lamanya perkiraan tentang jumlah seluruh tawanan Jepang sekitar 170.000 orang, 65.000 orang diantaranya adalah tentara Belanda, 25.000 orang adalah serdadu-serdadu sekutu lainnya dan 80.000 adalah warga sipil terdiri dari wanita dan anak-anak.

Kondisi kamp-kamp tawanan sangatlah buruk. Kurang lebih 20 persen tawanan militer Belanda, 13 persen warga sipil wanita, dan 10 persen anak-anak meninggal dunia. 

Hal ini menandakan bahwa Jepang benar-benar tak pandang bulu soal penyingkiran dan menghapus pengaruh dari barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: