Jugun Lanfu, Wanita Pribumi, Korea Hingga Perempuan Belanda Menjadi Pelampiasan Tentara Jepang

Jugun Lanfu, Wanita Pribumi, Korea Hingga Perempuan Belanda Menjadi Pelampiasan Tentara Jepang

Jugun Lanfu, Wanita Pribumi, Korea Hingga Perempuan Belanda Menjadi Pelampiasan Tentara Jepang--

BACA JUGA:Pejuang Wanita Raden Nyai Ageng Serang Pemimpin dan Penasehat Perang di Tanah Jawa

BACA JUGA:Alasan Nyai Saritem, Perempuan Cantik Simpanan Petinggi Belanda Tanpa Ikatan Buka Bisnis Hiburan Pria

Mereka bahkan menganggap berhubungan seksual dengan wanita pribumi sebagai bagian dari rekreasi. 

"Kebijaksanaan rekreasi dari ketentaraan diatur sepenuhnya oleh Pusat Komando Tentara Jepang. Bila tentaranya sudah berada di barak-barak dan memerlukan wanita sebagai hiburan, oleh karenanya mereka mengumpulkan wanita-wanita Jawa, khususnya Batavia," tulis R P Suyono dalam bukunya 'Seks dan Kekerasan pada Zaman Kolonial. 

Sebelum menyasar wanita pribumi, wanita keturunan China dan Korea-lah yang menjadi korban pemerkosaan dan kejahatan seksual lainnya.

Tahun 1942, Jepang memulai praktik prostitusi secara terbuka di Semarang. Awalnya mereka hanya mengincar penduduk etnis China di sana.

"Kemudian disusul dengan mengambil wanita-wanita Indonesia dan akhirnya menyusul gadis-gadis Indonesia di daerah lain seperti Surabaya hingga Batavia," ungkap Suyono dilansir dari kumparan.com. 

Dikutip dari buku Jawa Shimbun, para wanita pribumi yang diiming-imingi menjadi perawat harus menyertakan foto-foto diri.

BACA JUGA:Nyai Dasima Simpanan Orang Kaya Inggris Batavia, Berakhir Tragis Setelah Dinikahi Pria Beristri

BACA JUGA:Kisah Nyai Dasima Gundik Era Penjajahan, Tragedi Cinta Yang Berakhir Tragis

Untuk lebih meyakinkan, ada anak bupati dan wedana yang dijadikan contoh. Anak-anak bangsawan itu disebut Jepang, bersedia berangkat untuk mengikuti pendidikan. 

Akibat pelacuran yang dipaksakan, banyak terjadi pembunuhan bayi yang tidak dikehendaki. 

Selain itu, banyak yang memilih bunuh diri dibanding harus memuaskan nafsu tentara tentara Jepang.

Jepang juga mengirim perempuan asal negeri mereka sendiri untuk jadi penghibur di Hindia-Belanda. 

Mereka biasa disebut karayukisan. Kebanyakan dari mereka merupakan anak petani atau nelayan dari daerah miskin di Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: