Kebun Binatang Manusia, Sejarah Kelam Rasisme Terhadap Warga Indonesia Hingga Afrika
Kebun Binatang Manusia, Sejarah Kelam Rasisme Terhadap Warga Indonesia Hingga Afrika--
RADARMUKOMUKO.COM - Salah satu kisah kelam yang dihadapi manusia non eropa atau bukan berkulit putih selain perbudakan adalah rasisme, berupa "Human Zoo" yaitu Kebun Binatang Manusia.
Human Zoo, di sinilah tempat para manusia berkulit hitam dipamerkan dan orang-orang berkulit putih menonton mereka dengan penasaran.
Pamerannya sering menekankan perbedaan budaya antara peradaban Eropa dan Barat dan orang-orang non-Eropa.
Melansir dari wikipedia, Kebun manusia juga disebut pameran etnologi atau Desa Negro yang diselenggarakan pada abad ke-19 dan 20, biasanya dalam keadaan alami atau primitif.
BACA JUGA:Kisah Cinta Bung Hatta, Putus Tunangan Demi Perjuangan dan Soekarno Sebagai Mak Comblang
BACA JUGA:Kisah Gus Dur Kena Prank Soewondo, Orang Kepercayaan dan Tukang Pijatnya, Meraup Rp 34 Miliar
Pamerannya sering menekankan perbedaan budaya antara peradaban Eropa dan Barat dan orang-orang non-Eropa.
Kebun etnografi sering didasari oleh unilinealisme, rasisme ilmiah, dan Darwinisme sosial.
Sejumlah kebun manusia menempatkan penduduk pribumi (terutama Afrika) di antara primata besar dan manusia keturunan Eropa.
Kebun etnografi banyak dikritik karena sangat merendahkan martabat manusia dan rasis. Ota Benga adalah salah seorang etnis Afrika yang pernah dijadikan objek pameran di Bronx Zoo.
Melansir dari beberapa sumber, salah satu atraksi Chicago World Fair di abad ke-19 juga mempertontonkan Java Village.
Dalam pameran ini sekelompok orang Jawa dipaksa menari dan melakukan kegiatan keseharian di balik pagar agar jadi tontonan orang kulit putih yang menganggap mereka barbar dan lebih rendah dari masyarakat kulit putih.
BACA JUGA:Nyai Dasima Simpanan Orang Kaya Inggris Batavia, Berakhir Tragis Setelah Dinikahi Pria Beristri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: