Kisah Rasis dan Congkak Sinyo, Keturunan Belanda Yang Berlagak, Akhirnya Menjadi Palampiasan Pribumi

Kisah Rasis dan Congkak Sinyo, Keturunan Belanda Yang Berlagak, Akhirnya Menjadi Palampiasan Pribumi

Kisah Rasis dan Congkak Sinyo, Keturunan Belanda Yang Berlagak, Akhirnya Menjadi Palampiasan Pribumi--

RADARMUKOMUKO.COM - Sinyo dan Noni adalah sebutan untuk anak-anak keturunan orang Indo-Belanda atau Indo-Eropa. Seperti diketahui, kebanyakan tentara Belanda tidak membawa istrinya ke Indonesia, karena terbatasnya jumlah perempuan Belanda, membuat orang Belanda mengawini perempuan-perempuan pribumi yang kerap disebut “nyai.” 

Mereka ada yang benar-benar menikah, atau sekedar menjadi gundik atau wanita simpanan tanpa ikatakan pernikahan.

Dari orang-orang Belanda dan Nyai, lahirlah anak-anak Indo yang biasanya dipanggil "sinyo" dan "noni." 

Walau bapak biologis mereka Belanda, namun bagi orang Belanda asli atau eropa derajat mereka diposisikan berada di bawah orang Eropa atau Belanda totok. 

Namun para Sinyo ini tak mau disamakan dengan orang-orang pribumi, sebab merasa kedudukannya lebih tinggi.

BACA JUGA:Kisah Polisi Hoegeng, Pernah Disebut Gus Dur Sebagai Polisi Jujur dan Bersih, Sempat Mengundurkan Diri

BACA JUGA:Arogan Ternyata Cara Penjajah, Tapi Arek-Arek Suroboyo Tidak Diam, Ini Kisah Perlawanan Mereka

Melansir dari historibersama.com, keturunan Belanda ini membuat lembaga khusus kaumnya, yaitu Indo Europe Verbond (IEV) dan National Socialistische Beweging (NSB).

Karena orang bumiputra atau pribumi dianggap masyarakat kelas bawah, para keturunan Belanda atau eropa ini sering berlaku diskriminatif terhadap pribumi. 

Mereka ingin disamakan statusnya dengan orang-orang Belanda totok yang sedang berkuasa di Nusantara. IEV didirikan oleh Karel Zaalberg pada 13 Juli 1919. 

Semula, mereka hendak melawan sikap rasis dari orang-orang Belanda totok dan menuntut hidup mereka dipermudah. Tapi nyatanya mereka malah bersikap rasis pada pribumi.

Bayangkan, dalam sejarahnya Wage Rudolf (W.R.) Soepratman serba kecukupan. Ia mampu mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Eropa, Europeesche Lagere School (ELS) Makassar. 

Namun, ia kerap diperlakukan tak manusiawi oleh sinyo Belanda. Mereka sering bertindak rasis. Soepratman dianggap rendah. 

BACA JUGA:Kisah Suku Asmat Balas Dendam Peristiwa Awyu Oleh Belanda, Naas Putra Wapres AS Terbunuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: