Barisan Selempang Merah Bertulis Ayat Al-Quran, Perjuangan Mengusir Belanda dari Kuala Tungkal
Barisan Selempang Merah Bertulis Ayat Al-Quran, Perjuangan Mengusir Belanda dari Kuala Tungkal-Istimewa-
Para staff pemerintahan mengungsi ke Pembengis, letaknya hanya sejauh 7 km dari Kuala Tungkal. Sedangkan untuk rombongan pengungsi lain mereka tinggal di Tungkal I, Pematang Lumut dan Pematang Bulu.
Pada hari yang sama saat terjadinya penyerangan, terpatnya pukul 4 sore, Belanda dengan caranya sendiri berhasil menguasai wilayah Kuala Tungkal.
Demi membalas serangan Belanda, tepat keesokan harinya 22 Januari 1949, Panglima Adul datang menemui KH. M. Daud Arief yang berada di wilayah Tungkal V, tujuannya adalah untuk merundingkan serangan balasan yang akan dilakukan keesokan harinya, 23 Januari 1949.
BACA JUGA:Sejarah Perang Padri, Puncak Revolusi Islam Minangkabau
Akhirnya terbentuklah Selempang Merah yang dipimpin oleh Abdul Samad dan 24 anggota pasukan, atau dikenal juga dengan sebutan Panglima Adul Samad, Setiap anggota Selempang Merah akan diberikan tanda pengenal berupa pita merah.
Mereka bertugas melakukan penyerangan pada Belanda yang berhasil menduduki wilayah Kuala Tungkal.
Saat penyerangan tengah berlangsung, baku tembak senjata antara kedua belah pihak terus terjadi. Selempang Merah dan Belanda sama-sama melindungi diri dengan pelurunya. Namun Belanda nyatanya tidak menyerah dengan penyerangan ini.
BACA JUGA:Perang Sengit 5 Hari 5 Malam
Memasuki tanggal 28 Januari 1949, TNI juga turun ke lapangan guna melakukan penyerangan pada Belanda. TNI yang dipimpin langsung oleh Letda A. Fatah L ini bergerak ke wilayah Desa Pembengis untuk bisa sampai Kualat Tungkal.
Tidak sampai disitu saja, gabungan pasukan TNI dan Selempang Merah pun bekerja sama untuk mengusir Belanda yang tidak ingin pergi dari Kuala Tungkal. Pada tanggal 13 Februari 1949 serangan dilakukan oleh 115 orang pasukan gabungan.
BACA JUGA:Sejarah Perang Bone, Perlawanan Rakyat Sulawesi Selatan
Berbagai pertempuran dengan belanda terus terjadi, termasuk pertempuran di laut yang akhirnya mengakibatkan gugurnya pemimpin salah salah satu kelompok selempang merah Adul Samad.
Penyerangan terus dilakukan hingga 16 Maret 1949. Namun sayangnya pertempuran tanggal 16 Maret juga menelan cukup banyak korban. 90 anggota pasukan gugur dalam medan perang.
Tetapi, walaupun demikian pengusiran Belanda oleh Pasukan Gabungan harus tetap diapresiasi. Korban yang gugurlah yang menjadikan wilayah Kuala Tungkal saat ini bisa dijadikan pemukiman yang aman dan merdeka.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: