Legenda Ular Nabau Berkepala Naga Penjaga Hutan Kalimantan Oleh Suku Dayak

Legenda Ular Nabau Berkepala Naga Penjaga Hutan Kalimantan Oleh Suku Dayak

Legenda Ular Nabau Berkepala Naga Penjaga Hutan Kalimantan Oleh Suku Dayak--

RADARMUKOMUKO.COM - Entah mitos atau fakta, namun bagi sebagian masyarakat Suku Dayak keberadaan ular raksasa yang dinamai Nabau dan Tangkalaluk alias raja piton ini sangat diyakini keberadaannya di belantara Borneo.

Bahkan ular yang katanya berkepala naga tersebut, merupakan sang penjaga hutan belantara kalimantan yang dihormati. Bamun juga ada yang menganggapnya hanya mitos.

Yang membuat keberadaan ular ini cukup lendaris, karena sejak dulu katanya ular berkepala naga ini pernah menunjukkan wujudknya dan dilihat oleh beberapa orang. 

BACA JUGA:Destinasi Wisata Pulau Papua, Tiada Duanya Bikin Betah Wisatawan

Konon, katanya ular tersebut memiliki ukuran hingga 80 – 100 meter. Bagian kepalanya menyerupai naga dilengkapi tujuh lubang hidung. 

Mitos ular-ular legendaris bernuansa mistis ini, bahkan pada tahun 2009 foto yang diduga penampakan Ular Nabau sempat menghebohkan.

Saking besarnya ular tersebut, warga sekitar menyebut bahwa kepalanya ada di Kota Tenggarong dan ekornya sampai Kota Samarinda. Ular raksasa itu diyakini sulit ditemui karena langka.

Masyarakat Dayak percaya bahwa Nabau mendiami Sungai Mahakam dan wilayah Kutai Kartanegara. 

BACA JUGA:Bukan di Jawa, Kampung dengan Suasana Dampit yang Dihuni Orang Asli Malang Ini Berlokasi di Bengkulu

Bahkan sebagai wujud kepercayaan masyarakat sekitar melakukan ritual peluncuran Naga Erau di Sungai Mahakam yang mana merupakan salah satu bagian dari rangkaian upacara adat Erau.

Ular raksasa berkepala Naga ini sendiri dikaitkan dengan legenda mengenai Ular naga Erau dan Putri Karang Melenu. 

Menurut cerita legenda rakyat, beberapa tahun yang lalu sekelompok penduduk asli Kalimantan pergi dari kampung halaman mereka menuju hutan belantara. Melarikan diri dari penjajah Belanda. 

Namun saat di pedalaman, satu demi satu anak-anak menghilang. Delapan bocah dalam 8 hari raib tanpa jejak. Penduduk dicengkeram rasa takut, siapa gerangan yang melakukannya. Arwah penunggu hutan, atau jangan-jangan macan lapar.

BACA JUGA:8 Tanda Kedewasaan Seseorang Dari Cara Bicaranya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: