Mengenal Festival Tabut di Bengkulu, Meluas ke Sumbar Hingga Aceh

Mengenal Festival Tabut di Bengkulu, Meluas ke Sumbar Hingga Aceh

Mengenal Festival Tabut di Bengkulu, Meluas ke Sumbar Hingga Aceh--

Namun dalam perkembangannya, kegiatan Tabut menghilang di banyak tempat. Hingga pada akhirnya hanya terdapat di dua tempat, yaitu di Bengkulu dengan nama Tabut dan di Pariaman Sumbar (masuk sekitar tahun 1831) dengan sebutan Tabuik. Keduanya sama, tetapi cara pelaksanaannya agak berbeda.

Meski kental dengan nuansa religi, tapi ada banyak kemeriahan yang ditawarkan oleh Festival Tabut. Hal ini tentu semakin menguatkan karakter dari festival ini.

Ada beragam parade seni dan budaya yang ditampilkan. Festival Tabut bahkan menggelar beragam perlombaan.

BACA JUGA:Presiden Sudah di Bengkulu, Ini Agendanya di Bumi Raflesia

Secara umum, ada dua nilai yang terkandungdalam pelaksanaan upacara Tabut, yaitu nilai Agama (sakral), sejarah, dan sosial. 

Nilai-nilai Agama (sakral) dalam upacara Tabut di antaranya, Pertama, proses mengambik tanah mengingatkan manusia akan asal penciptaannya. 

Kedua, terlepas dari adanya pandangan bahwa ritual Tabut mengandung unsur penyimpangan dalam akidah, seperti penggunaan mantra-mantra dan ayat- ayat suci dalam prosesi mengambik tanah, tetapi esensinya adalah untuk menyadarkan kita bahwa keberagamaan tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai budaya lokal. 

Dan ketiga, pelaksanaan upacara Tabut merupakan perayaan untuk menyambutan tahun baru Islam.

BACA JUGA:Usai Nonton Tabut dan Jajan Gulali, Jokowi Mulai Keliling Bengkulu

Nilai sejarah yang terkandung dalam budaya Tabut adalah sebagai manifestasi kecintaan dan untuk mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW yakni Husein bin Abi Thalib yang terbunuh di Padang Karbela dan juga sebagai ekspresi permusuhan terhadap keluarga Bani Umayyah pada umumnya dan khususnya pada Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah yang memerintah waktu itu, beserta Gubernur ‘Ubaidillah bin Ziyad yang memerintahkan penyerangan terhadap Husain bin ‘Alî beserta laskarnya. 

Adapun nilai sosial yang terkandung didalamnya, antara lain: mengingatkan manusia akan praktik penghalalan segala cara untuk menuju puncak kekuasaan dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan sosial.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: