Mengenal Festival Tabut di Bengkulu, Meluas ke Sumbar Hingga Aceh
Mengenal Festival Tabut di Bengkulu, Meluas ke Sumbar Hingga Aceh--
RADARMUKOMUKO.COM - Setiap tahun baru 1--10 Muharram pada tahun kalender Islam, masyarakat Provinsi Bengkulu merayakan festival tabut juga kadang disebut tabot.
Dipastikan festival ini selalu meriah dan diramaikan masyarakat Bengkulu dan dari luar dari erah yang sengaja datang menyaksikan festival tabut tersebut.
Masyarakat Bengkulu yang ada di kabupaten-kabupaten, biasanya rela melewati jalan hingga ratusan kilometer menuju Kota Bengkulu demi menyaksikan tabut.
Festival tabut sangat fenomenal, karena menjadi cermin kekayaan budaya Bengkulu. Juga memperkaya potensi wisata religi Bengkulu.
Festival ini juga ikut menggerakkan ekonomi masyarakat. Ada banyak venue yang dinikmati masyarakat. Juga ada banyak inspirasi yang diberikan Festival Tabut.
BACA JUGA:Inilah 4 Fakta Menarik Kegiatan Festival Tabot Bengkulu yang di Gelar Setiap Tahunnya
Dirangkum dari berbagai sumber, menurut sejarahnya Festival ini digelar untuk mengenang peristiwa tragis yang menimpa Hasan Hussein, cucu Nabi Muhammad, dan tabut diperingati sebagai penghormatan.
Pada tahun 61 dalam Kalender Islam, dalam perjalanannya ke Irak, Hussein disergap oleh pasukan Ubaidillan Bin Ziyad. Pertempuran sengit terjadi di padang pasir Karbala, tempat Hussein akhirnya terbunuh.
Tidak ada catatan tertulis sejak kapan upacara Tabut mulai dikenal di Bengkulu. Diyakini bahwa ritual Tabot pertama kali dipentaskan di Bengkulu pada 1685 oleh Syeh Burhanuddin, juga dikenal sebagai Imam Senggolo.
Dia adalah orang pertama yang menyebarkan Islam di Bengkulu di mana dia menikahi seorang gadis lokal. Keturunannya kemudian dikenal sebagai keluarga Tabut/Tabot.
Ritual itu diturunkan dari generasi ke generasi oleh, apa yang kemudian dikenal sebagai, Komunitas Keluarga Tabot (KKT).
BACA JUGA:Kabupaten/Kota Paling Makmur di Provinsi Bengkulu, Nomor 1 Penuh Wisata Sejarah
Festival Tabut diawali dengan Pelepasan Keluarga Tabut dan Pengambilan Tanah. Tanah diambil di dua lokasi. Yaitu, Tapak Padri dan Horison. Ada makna yang terkandung di dalamnya. Yaitu, manusia berasal tanah dan akan kembali ke tanah.
Berikutnya, dilakukan ritual cuci Penja. Ini adalah tempat pusaka dan tanah. Posisinya menjadi paling dasar dari Tabut. Setelah mencuci Penja, ritual dilanjutkan dengan Menjara 1 dan 2.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: