Mengenal Festival Tabut di Bengkulu, Meluas ke Sumbar Hingga Aceh

Mengenal Festival Tabut di Bengkulu, Meluas ke Sumbar Hingga Aceh

Mengenal Festival Tabut di Bengkulu, Meluas ke Sumbar Hingga Aceh--

Menjara menjadi duplikasi perjalanan Husein menuju Karbala dan replika perang. 

Di situ juga akan diikuti ritual ‘kunjungan’ Tabut Bansal ke Tabut Imam. Lalu, dilanjutkan ritual Arak Jari-Jari dan Arak Sorban. Ritual ini jadi simbol bila Sorban milik Husein sudah ditemukan dan direbut kembali.

BACA JUGA:Jamaah Haji Indonesia Meninggal Dunia Terus Bertambah, 12 Orang dari Bengkulu

Bila Arak Sorban sudah dilakukan, ritual berikutnya adalah Gam. Inilah momen masa berkabung usai wafatnya Husein. Saat berkabung, beragam aktivitas akan dilarang.

 Alat musik Dhol juga tidak boleh dibunyikan. Dhol ini adalah alat serupa tambur.

Body-nya terbuat dari kayu, lalu ujungnya ditutup dari kulit sapi atau kerbau. Berikutnya, Tabut Naik Puncak (Pangkek) atau simbol masa keemasan Islam.

Puncak dari rangkaian ritual ini adalah Pelepasan Tabut Menuju Karbala. Dalam sebuah parade, kegiatan diikuti oleh 17 Tabut dengan inti Imam dan Bansal.

Dalam Wikipedia ditulis, tidak ada catatan tertulis sejak kapan upacara Tabut mulai dikenal di Bengkulu. Namun, diduga kuat tradisi yang berangkat dari upacara berkabung para penganut paham Syiah ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu. 

BACA JUGA:Made Ariance Percaya Diri Bawa 2 Tembang Daerah Mukomuko di Ajang AKI 2023 di Kota Bengkulu

Para tukang bangunan tersebut, didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India yang kebetulan merupakan penganut Islam Syiah.

Para pekerja yang merasa cocok dengan tata hidup masyarakat Bengkulu, dipimpin oleh Imam Senggolo alias Syekh Burhanuddin, memutuskan tinggal dan mendirikan permukiman baru yang disebut Berkas, sekarang dikenal dengan nama Kelurahan Tengah Padang. 

Tradisi yang dibawa dari Madras dan Bengali diwariskan kepada keturunan mereka yang telah berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu asli dan menghasilkan keturunan yang dikenal dengan sebutan orang-orang Sipai.

Tradisi berkabung yang dibawa dari negara asalnya tersebut mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat, dan kemudian diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenal dengan sebutan upacara Tabut.

BACA JUGA:BWS Sumatera VII Bengkulu Kabulkan Permintaan Petani Alih Fungsi Lahan di Mukomuko

Upacara Tabut ini semakin meluas dari Bengkulu ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meuleboh, dan Singkil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: