Pondok Pesantren Al Zaytun Dijuluki Sebagai Kota Oksigen, Kok Bisa? Ini 5 Alasannya!

RADARMUKOMUKO.COM – Salah satu pondok pesantren terbesar di Asia, Pondok Pesantren Al Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Jabar) juga dijuluki sebagai Kota Oksigen.  

Tentunya hal ini membuat penasaran hingga menimbulkan rasa keingintahuan. Mengapa bisa dijuluki Kota Oksigen? 

BACA JUGA:Belajar Bahasa Ibrani, Ponpes Al Zaytun Melalui Cara Bernyanyi dan Diiringi Grup Keroncong Perdamaian

BACA JUGA:Catat, Luas Kebun Pisang Ponpes Al Zaytun 40 Hektare Tenaga Kerja 50 Karyawan, Tiap Kali Panen 36 Ton

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa Pondok Pesantren Al Zaytun didirikan pada tahun 1999 lalu. Pondok pesantren ini memiliki lahan yang cukup luas. Tercatat sekitar 1200 hektare.  Luar biasa bukan?

Dari luas lahan yang dimiliki, baru 200 hektare yang digunakan sebagai pusat pendidikan pesantren untuk jenjang sekolah hingga perguruan tinggi. 

Sisa dari lahan yang tersedia, digunakan untuk peruntukan lain. Sebagai lahan usaha pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan. Sebagian lagi sengaja tidak digarap, masih dalam bentuk hutan. Jadi wajar, areal pondok pesantren ini tampak hijau dan udaranya cukup menyejukkan. 

Menariknya, di areal pondok pesantren ini juga dihiasi dengan berbagai macam tumbuhan tropis. Dengan alasan itu, menjadi penguat pondok pesantren ini disebut sebagai Kota Oksigen (The Oxygen City).

Seperti yang diketahui, oksigen sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Setiap orang memerlukan sekitar 0,5 Kg oksigen per hari. 

BACA JUGA:Ponpes Al Zaytun Bikin Kreasi Tari Korban Penjajahan Ini Tujuannya

BACA JUGA:Ponpes Al Zaytun, Penganut Islam Suwinti Orang Tidak Mengetahui Hakikat Agama

Sedangkan 1 pohon dapat menghasilkan oksigen sebanyak 1,2 kg per hari. Artinya satu pohon dapat untuk menjadi penopang keberlangsungan 2 manusia.

Di Al Zaytun memiliki luas lahan hutan sekitar 1 hektare dengan pepohonan yang tinggi dan lebat sudah sangat banyak manusia yang di topang keberlangsungan hidupnya.

Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, diatur bahwa ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 persen dari luas wilayah. 

Sumber: