Bupati Mukomuko Yakin Harga TBS Kembali Membaik
MUKOMUKO, radarmukomuko.com – Turunnya Harga Tandan Buah Segar (TBS) merupakan bagian dari dampak kebijakan pemerintah mengenai larangan sementara ekspor Crude Palm Oil (CPO), Refined, Belached and Deodorized Palm Oil, Redined Bleached and Deodorized palm olein dan Used Cooking Oil sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 22 tahun 2022. Menyikapi hal itu, Bupati Mukomuko H. Sapuan, SE., MM., Ak., CA., CPA tidak menepis dan menyebutkan bahwa penurunan harga TBS dampak dari kebijakan pemerintah pusat tersebut, tidak hanya diberlakukan oleh perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di wilayah Kabupaten Mukomuko. Secara tegas, menurutnya kondisi ini dialami semua daerah penghasil komoditi kelapa sawit. ‘’Mengenai harga TBS, saya juga telah bicara dengan pihak kementerian, melalui Wamendag beberapa waktu lalu. Pemerintah memberlakukan kebijakan ini, sebagaimana bertujuan agar minyak goreng bisa stabil. Dampak dari kebijakan ini tidak hanya dirasakan masyarakat Mukomuko, tetapi juga beberapa daerah lainnya,’’ ungkap Bupati Sapuan, Senin (09/05). Bicara harga, mestinya kita di Kabupaten Mukomuko masih bersyukur. Harga TBS hari ini, terbilang cukup baik jika dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya. Seperti Riau, kata Bupati, harga jual TBS turun diangka 70 persen dari harga sebelumnya. ‘’Coba konfirmasi dengan Riau. Di Riau, turun hingga 70 persen. Kita bersyukur hanya turun sekitar tiga puluhan. Kontras harga ini sudah secara nasional. Sepanjang pemerintah sudah melepas ekspor CPO, mungkin akan kembali berangsur baik. Dan saya yakin kondisi ini hanya bersifat sementara,’’ ujarnya. Dampak kebijakan pemerintah tentang larangan ekspor CPO. Harga beli TBS di tingkat petani di Kabupaten Siak, Provinsi Riau sempat terjun bebas, jauh di bawah harga yang diberlakukan di Kabupaten Mukomuko. Petani di Kabupaten Mukomuko masih menikmati harga beli TBS diangka seribuan, sementara di Siak, sempat pecah dari seribu. Dilansir dari suarariau.id, Harga beli TBS di tingkat petani di daerah ini sempat di angka Rp 800 per kilogram (Kg). Kondisi ini membuat petani setempat mengelus dada. Pengakuan salah seorang petani sawit di Siak, Taslim (44), hasil yang didapatkan dari penjualan TBS tidak lagi imbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kebun. ‘’Harga TBS di tingkat petani Rp 800 per kilogramnya. Kondisi ini bikin kami kewalahan. Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran pemerintah? Kok sampai begini kali. Sementara semua barang kebutuhan hidup naik,’’ ungkap Taslim. Senada disampaikan Adi Jondri, petani sawit asal Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau. Menurutnya, pendapatan petani dari hasil penjualan TBS saat ini tidak seimbang lagi dengan biaya perawatan. (nek)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: