Ciri-ciri orang katai di hutan Meru Betiri, tingginya sekitar 80 cm, tidak berpakaian, berbulu tetapi tidak lebat seperti monyet, perutnya buncit, dan rambutnya keriting.
Mereka mengeluarkan suara kwek…kwek… Mungkin itu bahasa mereka.
Bagi pemburu babi hutan atau pencari burung, pengalaman melihat orang katai adalah hal yang biasa. Namun, perjumpaan mereka biasanya hanya sekilas sehingga para pemburu tidak sempat memotretnya.
Homo Floresiensis di Liang Bua
Homo floresiensis (manusia flores) adalah nama ilmiah yang diberikan oleh peneliti untuk penemuan fosil orang kerdil di sebuah gua di Dusun Rampasasa, Desa Liangbua, Pulau Flores, di Nusa Tenggara Timur.
Manusia mini ini juga sering dijuluki hobbit dari Flores.
BACA JUGA:Walau Mengaku Muslim, Wanita Suku Tuareg Bisa Berzina
Homo floresiensis memiliki tubuh setinggi 100 cm dengan tengkorak yang kecil. Sejumlah fosil manusia mini ini ditemukan pada 2003.
Fosil ini diperkirakan sudah berusia 13.000 saampai 94.000 tahun.
Di daerah Rampasasa sendiri sampai sekarang masih dijumpai manusia mini. Jumlah mereka sekitar 200 orang.
Wong Alas di Purbalingga
Pulau Jawa juga ada suku yang keberadaannya belum terpotret, hingga masih dianggap makhluk gaib dan mitos, namanya Suku Wong Alas.
Suku Wong Alas Carang di Purbalingga juga disebut Suku Pijajaran atau Suku Carang Lembayung oleh masyarakat sekitar.
Mereka berada di gugusan bukit dengan bioma hutan hujan tropis yang membentang dari kaki Gunung Slamet hingga Dieng, Banjarnegara.
BACA JUGA:Empat Suku Yang Sudah Punah, Diantaranya Sengaja Dibantai Habis
Walau belum ada potret asli dari suku ini, namun masyarakat desa di sekitar perbukitan, seperti Desa Tundagan, Desa Sirongge, Kabupaten Pemalang, dan Desa Sirau, Jingkang, Panusupan, Kramat, Tunjungmuli, Tanalum, serta Gunungwuled, Kabupaten Purbalingga, sangat akrab dengan cerita wong alas.