Namun, dari belasan orang kerdil itu, satu di antaranya mereka tampak menggendong bayinya.
Rombongan Polhut sempat memantau keberadaan mereka sekitar 5 menit pada jarak pandang sekitar 35 meter.
Namun, ketika petugas hendak mendekat, manusia kerdil tersebut cepat-cepat menyelinap ke balik pohon dan segera menghilang ke dalam rimba. Manusia kerdil itu larinya cepat dan bisa meloncat cukup jauh.
BACA JUGA:Tradisi Mingi, Membunuh Bayi Cacat dan Tak Diizinkan Lahir Oleh Kepala Suku
Tiga hari kemudian, petugas Polhut TNWK yang sedang berpatroli kembali melihat mereka di tempat yang sama. Tetapi kali ini, jaraknya lebih jauh dan waktunya juga lebih singkat.
Dari dua kali perjumpaan itu, petugas Polhut merasa yakin bahwa ada komunitas manusia katai yang tinggal di dalam hutan TNWK.
Untuk merekam dan membuktikan keberadaan mereka, pihak Balai TNWK kini memasang beberapa kamera tersembunyi.
Jika kelompok orang kerdil tersebut bisa ditemukan, pihak TNWK ingin sekali bisa melindungi mereka.
Siwil di Taman Nasional Meru Betiri
Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional Meru Betiri juga mempercayai adanya orang kerdil yang disebut siwil atau owil. Beberapa saksi mata yang pernah melihat siwil juga menemukan jejak kaki-kaki kecil di tanah di pinggir kali.
Pada tahun 1987, seorang pemburu babi hutan secara tidak sengaja melihat sekelompok manusia katai ini.
Konon, waktu itu ia tengah mengejar buruan babi hutan yang berlari ke arah sungai. Saat berada di tebing sungai, tiba-tiba ia mendengar suara riuh di sungai.
Setelah mengendap-endap mendekati sungai, ia melihat puluhan manusia katai sedang asyik menangkap ikan. Seorang laki-laki katai yang sudah sangat tua duduk di atas batu besar sambil mengawasi mereka.
Mereka mengeringkan lubuk dengan mbendung bagian sungai dengan tumpukan batu, lalu mengalirkan airnya ke bagian lain.
Anak-anak yang ikut mencari ikan tak sabar menyantap mentah-mentah ikan-ikan kecil dan udang hasil tangkapan mereka.
BACA JUGA:Suku Huli, Wanita dan Pria Hidup Terpisah Berbeda Rumah