‘’Alih fungsi sawit ke sawah bisa kita realisasikan. Sebaliknya, sawah ke sawit bisa kita cegah,’’ imbuhnya.
Di samping itu, para petani juga berkomitmen, siap menjamin kelancaran pembangunan infrastruktur di bidang pengairan di wilayah tersebut.
‘’Mudah-mudahan tidak ada hambatan lagi, dan bisa kita laksanakan supaya yang selalu dipermasalahkan banyakan sawah ke sawit itu bisa kita counter dengan kenyataan, bahwa sawit ke sawah ternyata lebih banyak,’’ harapnya.
Ketua Kelompok Tani Talang Sari Dusun Baru Pelokan, Yos Ariyos menyampaikan, terdapat sekitar 100 hektare hamparan lahan sawah di kawasan SP7 Rawa Mulya menjadi lahan tidur. Tidak bisa digarap karena terkendala sumber air.
Menurut Yos, sebagian besar pemilik lahan bersedia kembali bercocok tanam padi sawah, ketika sumber air sudah memadai dan sampai ke areal persawahan.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Sediakan Dana Pembinaan Bidang Olahraga di APBD 2023
Sebaliknya, kata Yos, juga terdapat sebagian petani yang dulunya memiliki lahan sawah dan sudah terlanjur ditanami sawit.
‘’Ketika sumber air lancar, mungkin mereka akan kembali ke sawah. Karena sudah ada sebagian petani sawit yang sepakat kembali ke sawah, ketika persediaan air sudah memadai,’’ terang Yos.
Senada dengan disampaikan petani Dusun Baru Pelokan, Rudi. Lebih kurang 3 hektare lahan sawah miliknya, sudah bertahun-tahun menjadi lahan tidur. Tidak digarap karena faktor sumber air. Ia berharap pemerintah segera melaksanakan pembangunan irigasi untuk mengairi sawah miliknya.
‘’Kita masih sabar menunggu, sudah sepuluh tahun lebih sawah ini tidak digarap karena terkendala air. Kalau pemerintah tidak bisa memberikan kepastian, lahan ini mungkin akan kami tanami sawit,’’ tegasnya.
BACA JUGA:Terbelit Hutang, RSUD MM Kehilangan Kepercayaan Supplier Obat
Disisi lain, Rudi juga menjelaskan bahwasanya banyak petani yang terlanjur menanam sawit menaruh harapan kepada pemerintah untuk membangun irigasi.
‘’Kalau sudah ada kejelasan, banyak petani lainnya yang sudah terlanjur menanam sawit untuk kembali ke sawah. Hasil sawah kami ini, satu kali panen dulunya rata 12 ton per tahun, dua kali masa panen. Karena tidak ada sumber air, maka kami rugi. Lahan kami jadi lahan tidur,’’ demikian Rudi. *