BACA JUGA:KPU Pinjam Motor Lama Untuk Kendaraan PPK
Diakui Musfar, penamaan Bandara Perintis Putri Daeng Maleini tidak berlangsung lama.
Hanya berjalan sekitar dua tahun. Mulai dari tahun 1980 sampai dengan 1982. Selanjutnya, oleh orang-orang, bandara ini dikenal sebutan Bandara Rajo Kolo Mukomuko.
‘’Setelah Bandara Perintis Putri Daeng Maleini, setahu saya belum ada penamaan resmi untuk Bandara itu.
Hanya saja, orang-orang menyebutnya dengan sebutan Bandara Rajo Kolo, karena areal Bandara berdampingan dengan makan Rajo Kolo,’’ urai Musfar.
Bandara ini sempat vakum untuk beberapa tahun ke depan. Tidak ada lagi penerbangan, hingga mengakibatkan areal landasan Bandara ditumbuhi rerumputan liar atau menjadi semak belukar.
Setelah Kabupaten Mukomuko dimekarkan dari Kabupaten Bengkulu Utara.
Timbul wacana dari pemerintah daerah setempat untuk kembali mengaktifkan Bandara itu.
Dimasa pemerintahan Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko, Ichwan Yunus – Supardji, pada tahun 2009 – 2010, fasilitas dan sarana prasarana Bandara ini kembali dibangun, termasuk landasan penerbangannya.
BACA JUGA:Heboh! Ustazah Disawer Saat Lantunkan Alquran
‘’Di tahun 2010, Bandara ini diresmikan menjadi Bandara perintis untuk angkutan umum,’’ kata Musfar.
Dikutip dari berbagai sumber, pada tahun 2010 tersebut, kembali mencuat rencana perubahan nama Bandara.
Dari yang biasa disebut Bandara Rajo Kolo diusulkan ke beberapa nama lain. Bahkan nama mantan Presiden Ri Mega Wati Soekarno Putri pernah diapungkan untuk penamaan Bandara itu.
Kepantasan itu berlandaskan bahwa masyarakat setempat menganggap Mega Wati masih berdarah keturunan Mukomuko.
Tokoh bangsa, yang juga menyandang gelar adat Mukomuko dengan sebutan Puti Bunga Melur.
BACA JUGA:Inovasi Baru dari Minyak Kelapa Sawit