Aksi Demo Besar Yang Pernah Dilakukan di Masa Pemerintah Presiden Soekarno

Aksi Demo Besar Yang Pernah Dilakukan di Masa Pemerintah Presiden Soekarno

Aksi Demo Besar Yang Pernah Dilakukan di Masa Pemerintah Presiden Soekarno--

RADARMUKOMUKO.COM - Seperti diketahui, belakangan ini Indonesia digembarkan oleh aksi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa, buruh, ojol dan masyarakat lainnya.

Demo yang terjadi di Jakarta dan sejumlah daerah memakan korban jiwa dan menimbulkan kerugian materil yang tidak sedikit.

Asi protes atau demonstrasi besar yang dilakukan mahasiswa dan warga di Indonesia hampir terjadi di setiap pemerintahan presiden Indonesia. 

Yang paling diingat tentu demo 98 yang sukses menurunkan presiden Soeharto dari tahtanya selama 32 tahun.

BACA JUGA:Demo Ricuh Hingga Pembakaran dan Penjarahan, Sebanyak 3.195 Orang Diamankan Polisi

BACA JUGA:Selain Liburan 3 Malam, 38 Anggota Paskibra Mukomuko Juga Dapat Tabungan

Perlu diketahui, masyarakat juga pernah melakukan aksi demo secara masif di era pemerintahan Presiden Soekarno

Dilansir dari berbagai sumber, berikut informasi lengkapnya:

Demonstrasi Mahasiswa 1952

Terjadi 17 Oktober 1952, demonstrasi besar-besaran terjadi di Jakarta. Masyarakat menuntut pemerintahan Presiden Soekarno untuk membubarkan parlemen dan menggantinya dengan parlemen baru.

Masyarakat juga menghendaki dilakukannya pemilihan umum. Sebelum bergerak ke Istana Negara, demonstran terlebih dahulu mendatangi gedung parlemen.

Massa yang kala itu berjumlah sekitar 10 ribu orang memenuhi wilayah sekitaran gedung parlemen di Jakarta. Mereka melakukan demonstrasi dan mengangkat poster yang menuntut dibubarkannya parlemen. Hingga akhirnya, mereka sampai ke Istana.

Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan. Sementara itu, Presiden Soekarno menyampaikan sebuah pidato yang menyatakan bahwa dirinya tidak dapat membubarkan parlemen. Bahkan, Bung Karno juga tak berniat menjadi diktator. Selesai mendengar pidato Bung Karno yang membara, massa aksi membubarkan diri.

Tuntutan ini disuarakan karena masyarakat menilai parlemen terlalu ikut campur terlalu jauh dalam urusan internal militer. Massa menyatakan kekecewaannya. Ditambah lagi, orang-orang yang ada di parlemen tidak dipilih berdasarkan pemilihan umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: