Pahlawan Nasional Pertama, Seorang Politikus dan Wartawan Dari Sumbar

Pahlawan Nasional Pertama, Seorang Politikus dan Wartawan Dari Sumbar

Pahlawan Nasional Pertama, Seorang Politikus dan Wartawan Dari Sumbar--Sumber Foto : esi.kemdikbud.go.id

Selain berpidato ia juga berjuang melalui berbagai media cetak. Dalam tulisannya pada harian berbahasa Belanda De Express, Abdoel Moeis mengecam tulisan orang-orang kolonialis Belanda.

Bulan Juni 1919, seorang pengawas Belanda di Toli-Toli, Sulawesi Utara dibunuh setelah ia berpidato di sana. Abdoel Moeis dituduh telah menghasut rakyat untuk menolak kerja rodi, sehingga terjadi pembunuhan tersebut. 

Atas kejadian itu dia dipersalahkan dan dipenjara. 

Tulisan dan pidatonya yang keras membuat merah kuping Belanda.

BACA JUGA:Bung Tomo Pembakar Semangat Pertempuran 10 November, Hingga Ditetapkan Hari Pahlawan

BACA JUGA:Merah Putih Berkibar Sempurna di Upacara Hari Pahlawan, Diiringi Aubade SMPN 1 Mukomuko

Pada tahun 1926, ia dijatuhi hukuman oleh pemerintah Belanda. Ia harus diasingkan ke Garut, Jawa Barat dan tak lagi bisa berpolitik.

Di kota inilah, Abdoel Moeis menyelesaikan novel berjudul “Salah Asuhan” yang jadi salah satu karya besar miliknya.

Novel ini hingga kini jadi salah satu rujukan penting novel Indonesia tentang kehidupan warga Indonesia ketika berjumpa dengan modernitas dan budaya barat. 

Abdoel Moeis meninggal dunia di usia 76 tahun pada 17 Juni 1959 di Bandung, setelah menghabiskan lebih dari setengah hidupnya untuk perjuangan kemerdekaan. Jenazahnya dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.

Demikian kisah singkat Abdul Moeis pahlawan nasional pertama yang diangkat Sukarno.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: