Saat Bangsa Indonesia Melawan Penjajah Dalam Bulan Ramadhan, Ini Yang Terjadi
Saat Bangsa Indonesia Melawan Penjajah Dalam Bulan Ramadhan, Ini Yang Terjadi-Ilustrasi-Berbagai Sumber
Bahkan, dengan tegas KH. M. Nasruddin Anchori CH, menyatakan:
“Membela dan mempertahankan NKRI, tidak saja menjadi kewajiban nasional, tapi sekaligus juga kewajiban agama. Itu terbukti dan menjadi kenyataan umat Islam Indonesia dengan membentuk badan-badan perjuangan fisik semacam Hizbullah. Yakni perang Sabil Lii’lai Kalima tillah membela agama.”
BACA JUGA:Penjajah Belanda Dibenci Karena 5 Bentuk Kekejamannya Yang Sulit Dilupakan Masyarakat Indonesia
BACA JUGA:Jenis Senjata Berbagai Daerah di Indonesia Yang Digunakan Melawan Penjajah
Semangat jihad itulah yang membawa ulama dan warga Pamekasan terjun ke medan pertempuran.
Rasa haus dan dahaga tak menyurutkan nyali mereka menghalau penjajah. Bisa dikatakan, bulan Ramadhan telah menjelma menjadi bulan jihad fi sabilillah demi mempertahankan kemerdekaan dan menegakkan agama.
Pada tanggal 29 Ramadhan 1366 H (16 Agustus 1947 M), tepatnya pukul 04.00 pagi, para pejuang memasuki Kota Pamekasan dengan dipimpin KH. Muh. Tamim dan K. Muththar.
Pasukan Hizbullah dan Sabilillah, yang terdiri dari santri, keluarga pesantren, rakyat jelata, bergerak dengan tujuan merebut gudang senjata dan melumpuhkan markas Belanda.
Dengan kumandang takbir dan bacaan tahlil, laskar Sabilillah mulai menyerang penjajah Belanda.
Bulan Ramadhan 1366 H telah menjadi saksi perjuangan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan RI dan agama.
Agresi Militer Belanda I juga meletus di Aceh. Jelang bulan suci Ramadhan, ulama Aceh menggelar rapat umum di pekarangan Masjid Raya Baiturrahman.
Dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur’an, para ulama, menegaskan, puasa tidak boleh menghalangi seseorang untuk berjuang.
Karena itu, sambil berpuasa berjuanglah, dan sambil berjuang berpuasalah! Demikian pesan para ulama yang memanfaatkan mimbar rapat umum tersebut untuk menyampaikan penerangan mengenai kewajiban berpuasa di tengah perjuangan kemerdekaan yang sedang memuncak.
Residen Aceh juga mengeluarkan seruan sama agar umat Islam di Aceh senantiasa siap-sedia menghadapi segala kemungkinan yang datang akibat keserakahan Belanda.
Banyak lagi perang dan perlawanan dilakukan bangsa ini pada bulan ramadhan selama Indonesia dijajah.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: