Ini Penyebab Bata dan Nikomas Mulai Terpuruk, Padahal Karyawan Ribuan

Ini Penyebab Bata dan Nikomas Mulai Terpuruk, Padahal Karyawan Ribuan

Ini Penyebab Bata dan Nikomas Mulai Terpuruk, Padahal Karyawan Ribuan-Ilustrasi -

RADARMUKOMUKO.COM - Bata dan Nikomas adalah dua nama yang pernah menjadi produsen sepatu populer di Indonesia.

Bata berasal dari Indonesia? sedangkan Nikomas berasal dari Indonesia juga. Keduanya memiliki kisah masa kejayaan yang memukau, namun juga mengalami penurunan yang dramatis akibat pandemi Covid-19.

Bata: Perusahaan Sepatu yang Ternyata Bukan dari Indonesia

Bata adalah salah satu merek sepatu yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.

Bata sudah hadir di Indonesia sejak tahun 1931, ketika mendirikan pabrik pertamanya di Purwakarta, Jawa Barat.

BACA JUGA:4 Perbedaan Kadungan Kepadatan Susu Hewani, Domba, Kambing, Kuda dan Sapi

Bata kemudian berkembang menjadi salah satu produsen sepatu terbesar di Indonesia, dengan memiliki lebih dari 200 toko, 1.500 karyawan, dan 10 juta pasang sepatu yang diproduksi setiap tahunnya.

Bata juga dikenal sebagai merek sepatu yang berkualitas, nyaman, dan terjangkau. Bata menawarkan berbagai jenis sepatu, mulai dari sepatu formal, kasual, olahraga, hingga sandal. Bata juga memiliki beberapa sub-merek, seperti Bata Comfit, Bata Flexible, Bata Industrials, dan Bata Heritage. Bata menjadi pilihan banyak orang, baik tua maupun muda, pria maupun wanita.

Namun, siapa sangka bahwa Bata ternyata bukan berasal dari Indonesia, melainkan dari Ceko?

Bata didirikan oleh tiga bersaudara, yaitu Tomas, Anna, dan Antonin Bata, pada tahun 1894 di kota Zlin, Ceko.

BACA JUGA:Data Sirekap KPU Membuat Caleg Belum Bisa Tenang, Beda Dengan Hitungan Internal

Bata kemudian berkembang menjadi perusahaan sepatu global, dengan memiliki pabrik dan toko di lebih dari 70 negara, termasuk Indonesia.

Sayangnya, PT Sepatu Bata Tbk., produsen sepatu merek Bata di Indonesia, tengah membukukan kerugian sebesar Rp105,91 miliar sepanjang 2020 atau membengkak sebesar 106,85 persen dari rugi bersih tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp51,20 miliar.

Penyebab utama kerugian ini adalah pandemi Covid-19, yang menyebabkan penurunan permintaan, penutupan toko, dan gangguan rantai pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: