Inilah Pedagang Asal Belanda yang Mengebor Sumur Minyak Pertama Di Indonesia, Siapa Dia?

Inilah Pedagang Asal Belanda yang Mengebor Sumur Minyak Pertama Di Indonesia, Siapa Dia?

Inilah Pedagang Asal Belanda yang Mengebor Sumur Minyak Pertama Di Indonesia, Siapa Dia?--

RADARMUKOMUKO.COM - Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. 

Minyak bumi digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, pesawat, mesin di pabrik, dan berbagai keperluan lainnya. Namun, tahukah Anda siapa yang pertama kali melakukan penambangan minyak bumi di Indonesia?

Jan Reerink adalah seorang pedagang Belanda yang lahir di Amsterdam pada 1838. 

Ia datang ke Indonesia pada 1860 untuk berdagang barang-barang seperti kain, gula, kopi, dan rempah-rempah. Ia juga tertarik dengan potensi minyak bumi yang ada di Indonesia, terutama di Jawa Barat.

BACA JUGA:Ayo Nikmati Ragam Makanan Kuliner Khas Bandung Lezat dan Unik, Ingin Coba Disini Alamatnya

BACA JUGA:Harga Cabai Mencapai Rp 80 Ribu Per Kg, Emak-emak Mulai Galau

Pada 1871, Reerink menemukan adanya rembesan minyak di daerah Majalengka, dekat lereng Gunung Ciremai, Cirebon, Jawa Barat. 

Minyak tersebut merembes dari lapisan batuan tersier yang tersingkap ke permukaan. Reerink kemudian meminta izin kepada pemerintah kolonial Belanda untuk melakukan pengeboran minyak di daerah tersebut.

Reerink melakukan pengeboran minyak pertama di Indonesia dengan menggunakan pompa yang digerakkan oleh sapi. 

Total sumur yang dibor sebanyak empat sumur, dan menghasilkan 6000 liter minyak bumi yang merupakan produksi minyak bumi pertama di Indonesia. 

Pengeboran ini berlangsung hanya berselang dua belas tahun setelah pengeboran minyak pertama di dunia oleh Kolonel Edwin L Drake dan William Smith de Titusville pada 1859 di negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat.

Reerink juga melakukan pengeboran di Panais, Majalengka, Cipinang dan Palimanan, dengan menggunakan pompa bertenaga uap yang didatangkan dari Kanada. 

Pengeboran ini menghasilkan minyak yang sangat kental yang disertai dengan air panas yang memancur setinggi 15 meter. Reerink berharap dapat menjual minyaknya ke pasar Eropa.

Namun, Reerink menghadapi banyak kesulitan dalam usahanya. Ia tidak memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan pengeborannya. Ia juga tidak memiliki teknologi yang memadai untuk mengolah dan mengangkut minyaknya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: