Kiai Yahya Yang Dihujani Bom Oleh Belanda, Satupun Tidak Ada Yang Bisa Meledak
Kiai Yahya Yang Dihujani Bom Oleh Belanda, Satupun Tidak Ada Yang Bisa Meledak--
RADARMUKOMUKO.COM - Almaghfirullah KH Muhammad Yahya Gading merupakan salah satu ulama Indonesia yang turut berperang melawan penjajah Belanda.
Buya Yahya memiliki nama lengkap Yahya Zainul Ma’arif Jamzuri. Ia merupakan putra dari pasangan KH Qoribun dengan Nyai Ratun yang lahir di Desa Jetis, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Kiai Yahya oleh orang tuanya diajarkan ilmu agama ala pesantren. Ia juga belajar kepada pamannya menjadi salah satu Mursyid Thariqah Kholidiyah, KH Abdullah.
Dilansir dari NU online, didikan ketat sejak dini itu membuat Kiai Yahya cinta akan ilmu. Ia pun menimba ilmu di sejumpah pesantren, di antaranya Pesantren Bungkuk Singosari, Pesantren Cempaka Blitar, Pesantren Kuningan Blitar, Pesantren Siwalan Panji Sidoarjo, dan Pesantren Kiai Asy’ari Tulungagung hingga Pesantren Jampes Kediri.
BACA JUGA:Berkarier dari Nol di Pertanian, Alumni Unib Ini Dipercaya Jabat Plt Kepala Dinas Pertanian Mukomuko
Kiai Yahya bukan seorang ulama pengajar atau pembimbing santrinya, tapi juga seorang putra bangsa yang mencintai tanah air dengan ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan RI.
Kiai Yahya berada di garis depan bersama laskar Hizbullah-Sabilillah dan BKR ketika berjuang melawan Belanda.
Dari sinilah muncul cerita bom Belanda tak meledak karena dijinakkan hizib yang dirapal Kiai Yahya kemudian masyhur.
Putra Kiai Yahya, KH Ahmad Muhammad Arif Yahya, mengatakan, pondok pesantren jadi sasaran operasi Belanda di masa kemerdekaan karena menjadi basis perjuangan rakyat. “Sampai dibom tujuh kali (oleh Belanda), tapi tidak ada yang meletus,” katanya ditemui NU Online Jatim.
Cerita berbeda tentang Kiai Yahya pernah didengar Kiai Arif dari ibundanya, Nyai Siti Khodijah. Menurut Nyai Khodijah, selama menjadi pengasuh pesantren, Kiai Yahya tidak pernah pergi ke mana-mana kecuali mengajar saja.
BACA JUGA:Ini Dia Kayu Pucang Kalak, Kayu yang Bisa Jadi Ular dan Hanya Bisa Tumbuh di Pegunungan Kalak
BACA JUGA:Gado-Gado Makanan Khas Betawi yang Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, Tenyata Punya Filosofi Mengagumkan
"Abahmu gak nangdi-nangdi, gak tau rono-rono. Nek omah mulang, bengi mesti turu karo aku (Ayahmu tidak ke mana-mana. Di rumah saja mengajar, kalau malam tidur bersama saya)," ujarnya menirukan ucapan ibundanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: